Diantara kita
Maret 2015
Salam.... Saya sekeluarga mendoakan agar TUHAN YESUS menolong dan memberkati jalannya operasi besok. Rencananya Ia ...akan menjengukmu sepulang kuliah nanti. Kalau ketemuan nanti bolehlah sharing/ tanya soal persekutuan doa yang diikuti nya pada hari Selasa atau Sabtu. Itu berkaitan dengan masalah hidup dan rencana kehidupan. (Ia saya anggap sangat taat kepada TY dan mempercayai karya ROH KUDUS). Kaitkan juga dengan benjolan ibunya sebelah kanan yang telah TY sembuhkan. Kiranya semuanya menguatkanmu dan bila ada rencana yang dimintakan kepada TY sekiranya kalian berdua ada ikut di dalam persekutuan doa di atas dalam sisa waktumu selama berada di Malang... baru tadi pagi baca blogmu.
Kesaksian hidup kita
“Menjadi Kristen,
apa yang salah ?”. Itu adalah pergumulan selama ini di dalam hidupku. Di Negara
Indonesia- di bumi Pancasila yang mana ada kebebasan beragama dijamin oleh
negara melalui Undang Undang Dasar 1945, seringkali saya merasa diperlakukan
aneh karena memeluk agama Kristen. Bagaimana tidak?
Pertama kali saya diangkat menjadi guru, di saat usia saya masih muda.Dalam pergaulan sosial saya; Ada teman yang menanyakan : “Bagaimana saya bisa menjadi seorang Kristen, padahal saudara-saudara saya beragama 'lain'”. Perlu saya jelaskan di sini bahwa dalam keluarga besar saya ada terdiri dari 3 orang saudara lelaki dan 2 adik perempuan kesemuanya beragama 'lain'. Sedangkan 2 kakak perempuan seiman dengan saya .
Ada satu hal yang
tidak diketahui orang lain tentang saya. Saya dilahirkan di rumah sakit
Kristen. Saya belajar mengaji sampai kelas 3 Sekolah Dasar. Sayapun ikut ‘tibaan’ yang dilaksanakan pada hari tertentu.
Dan sayapun mengikuti kegiatan mengaji secara bergiliran di rumah-rumah
tetangga yang dipimpin oleh seorang guru mengaji. Tetapi setiap kali pulang
mengaji, kadang kala bahkan sering kali saya menangis di belakang pintu rumah, merasa
ketakutan . Dan ada perasaan takut kalau meninggal bagaimana … nanti saya akan diperlakukan sesuai dengan ajaran yang
saya anut waktu itu , menurut saya sangat mengerikan dari apa yang saya
pikirkan saat itu.
Ketika hal ini
saya ceritakan. Sebagai alasan mengapa saya pindah memeluk agama Kristen. Guru
agama saya di sekolah menjadi penasaran mengapa saya memilih beragama Kristen,
Ia menyebutkan itu adalah kesalahan guru mengaji saya. Tetapi bagi saya itu adalah
jalan Tuhan. Bagi kedua orangtua saya waktu itu …juga tidak keberatan, juga ketika
kemudian saya diajak oleh tetangga untuk beribadat ke gereja, orang tua saya
mengijinkan. Padahal kedua orangtua saya itu non Kristen, dan di keluarga orang
tua saya yang biasa pergi beribadah ke gereja dengan saya adalah kedua kakak
saya seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya. Hanya saja, salah satu kakak perempuan saya lebih memilih mengikuti
suaminya menjadi beragama Islam. Sedang kakak perempuan saya lainnya,
mendapatkan jodoh seorang penatua gereja. Berbeda dengan kehidupan pernikahan
saya saat ini. Tetapi sayang sekarang kakak saya tersebut telah dipanggil menghadap
TUHAN YESUS.
Bapak saya
seorang nasionalis, seorang yang sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama,
dan sikap ini didukung oleh ibu. Bapak saya mengajarkan dan berpesan : “Kalau
memilih beragama Kristen, lakukanlah ‘segala sesuatunya’ dengan sepenuh hati”.
Saya sudah beberapa
kali pindah gereja. Sampai sekali waktu, ketika saya duduk di kelas 2 SPG(
Sekolah Pendidikan Guru) bahkan pernah hampir setahun saya tidak pernah ke
gereja. Dan pada suatu hari saya jatuh
sakit, saya sakit panas dan tidak dapat menelan makanan. Ibu saya dengan
sabar menyuapkan bubur encer. Maka ketika tubuh saya menjadi sangat lemah sebab
telah memasuki hari kesepuluh atau hampir dua minggu saya menderita sakit …dimana
saya juga tidak bisa masuk sekolah.
Saya bermimpi : Melihat suatu tempat
yang lapang , bersih dan teduh. Kalau dapat digambarkan itu semuanya seperti
gambaran planet tanpa penghuni. Tidak ada siapa - siapa di sana. Di sana ada
tangga lebar yang menuju ke atas. Tempat di ujung bagian atas tangga itu nampak
sangat terang benderang. Dan nampak pula ada 2 orang berjalan ditangga itu.
Satu memakai jubah yang cemerlang dan satu lagi mengenakan jubah yang tidak
terlalu cemerlang. Yang tidak terlalu
cemerlang berjalan di belakang yang memakai jubah yang cemerlang. Saya menoleh
kanan kiri, dan tak nampak seorangpun ada di sekitar tempat tersebut. Kedua
orang yang berjalan di tangga itu sepertinya tidak menyadari kehadiran saya.
Karena saya merasa bingung, maka dengan sikap berdoa, saya berjongkok, dan
berseru : ” YESUS tolonglah saya”. Dan, salah seorang dari yang berjalan di
tangga yaitu yang mengenakan jubah tidak terlalu cemerlang, kembali turun untuk
mendekati saya, kemudian menyentuh pundak saya. saya dibuatnya ‘geragapan’. Oleh
sebab hal itu, yang telah membuat saya terjaga dari tidur atau mimpi saya. “YESUSkah
itu ?”, kata saya waktu itu. Yang jelas bagi
saya waktu itu setelah mengalami mimpi …
saya menjadi sembuh dan bisa kembali
bersekolah. Ketika saya ceritakan semua mimpi ini kepada ibu, beliau
menyarankan kepada saya untuk kembali rajin ke gereja. Dan, sayapun menuruti
nasehat ibu
Pengalaman lain adalah ketika suami saya membeli rumah di desa. Kami harus pindah ke sana dengan dua anak kami. Masyarakat yang baru kami kenal, asing melihat perbedaan keyakinan kami. Kebetulan Tuhan memang memberikan jodoh tidak seiman untuk saya. Tetangga saya bertanya , kenapa suami saya mau memilih saya, padahal Kristen ?. Bahkan dua keponakan saya yang ikut tinggal di rumah juga mendapat diskriminasi dari gurunya, karena dikira seorang Kristen. Untuk masalah seperti ini biasanya saya sendirilah yang datang ke sekolah untuk menemui guru tersebut. Memberikan penjelasan kalau keponakan saya ini tidak seiman dengan saya. Ada juga tetangga saya yang mempunyai toko, tempat kami biasa membeli beberapa keperluan sehari-hari. Rupanya ia merasa perlu bertanya dengan nada mengejek : Kenapa anak saya menjadi Kristen, padahal bapaknya non Kristen. Karena berulang-ulang itu terjadi, anak saya merasa terganggu juga. Maka, sekali lagi saya mendatangi tetangga yang telah mengganggu kami dan saya berusaha menjelaskan untuk supaya ia tidak usah ikut mengatur kehidupan kami.
Tentang hal lain berkaitan dengan anak kedua saya memiliki pengalaman yang juga tidak menyenangkan. Sewaktu menjadi mahasiswa di tingkat akhir di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di kotaku, dia baik baik saja. Banyak teman yang mendukung aktivitasnya dalam kelompok. Juga ketika mengikuti praktek lapangan, sesuai jurusannya dia ditempatkan di sebuah proyek pembangunan Bank Swasta. Di proyek itu anak saya harus berkomunikasi dengan pengawas lapangan. Awal perkenalan dengan pengawas lapangan ini berjalan sangat baik. Dalam artian, selain ramah beliaunya penuh perhatian. Sehingga sangat membantu setiap penyelesaian tugas anak saya sebagai mahasiswa yang berpraktek . Misalnya di dalam memberikan tugas kepada anak saya …dengan nada halus dan familier ia lakukan. Ini membuat rasa percaya diri anak saya bertumbuh untuk dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikannya. Jika bertanya mengenai sesutu masalah yang kurang dimengerti, jawabannya juga diberikan dengan sabar dan seringkali diselingi dengan nada humor. Pokoknya, suasana kerja saat itu sangat kondusif, sehingga komunikasi juga berjalan lancar. Di proyek ini …juga ada mahasiswa PKL dari Perguruan Tinggi lain dan jurusan yang berbeda pula. Proses sosialisasi berlansung sangat penuh kekeluargaan. Tetapi memasuki bulan kedua, tugas dan konsultasi itu sudah menjadi ‘makanan’ sehari hari. Hanya di waktu senggang saja, anak saya mulai ditanya beberapa hal yang bersifat pribadi. Mengenai tempat tinggal, pekerjaan orang tua, jumlah saudara , dan hal lain-lain yang bisa menjadikannya lebih saling kenal. Disinilah mulai agak rinci ia bertanya segala sesuatunya. Masalahnya baru muncul, ketika pengawas lapangan itu mengetahui kalau ternyata anak saya beragama Kristen. Pertanyaan klasik yang muncul adalah mengapaanak saya memilih agama Kristen ?
Yang membuat sakit hati anak saya sampai-sampai enggan untuk mengingatnya kembali yaitu, sikap pengawas lapangan yang berubah 180 derajat. Setelah mengetahui kalau anak saya beragama Kristen. Ia sangat meremehkan. Dan perlakuan yang diterima anak saya sungguh tidak ingin diingat-ingat lagi. Contoh : apabila memberikan tugas sekarang selalu dengan sikap yang kasar. Saat mengadakan konsultasi , beliau menjawab dengan nada tinggi , kalau boleh disebut dengan kata membentak. Pokoknya tak pernah ada lagi nada lembut atau humor. Bahkan sepertinya ia enggan bertemu dengan anak saya. Padahal anak saya masih sangat butuh konsultasi dan tandatangan daftar hadir, serta beberapa hal yang berhubungan dengan tugas PKL nya. Inikah salib yang harus dipikul pengikut Kristus ?
Cerita lain lagi, yang tergolong baru terjadi beberapa waktu ini: Setiap pagi sebelum turun dari tempat tidur ….yang aku lakukan adalah berdoa dan membuka Pancaran Air Hidup. Dari situ aku mulai membaca alkitab, kemudian merenungkannya. Pagi itu hari Senin tanggal 5 April 2010 tertulis kalimat : Salam Bagimu ! .Sumbernya dari Matius 28: 8 – 15. Sebenarnya perasaan saya waktu biasa saja , saya hanya mencoba memasukkan tulisan dari kalimat : Salam Bagimu ! itu dalam gambaran nyata kehidupan saya. Biasa untuk mendapatkan inspirasi.
Berbicara tentang keluarga,
tak ada yang kurang. Suami yang bersifat sabar dan penuh perhatian, juga
memiliki anak anak yang diberkati dengan kepandaian dan kesempatan untuk mengaktualisasikan
diri, dan memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup. Sayangnya, saya sering merasa tidak layak menerima
belas kasihan TUHAN . Karena terlalu banyak. Justru ketika melihat orang
lain yang tidak seberuntung saya. Itulah sebabnya, ucapan terimakasih kepada TUHAN
saja tidaklah cukup. Biasanya saya membantu mereka yang tidak beruntung dalam
kesehatannya dengan melakukan perkunjungan ketika ia sakit. Orang yang tidak beruntung
dalam pekerjaan tetapi mempunyai anak yang pintar, saya membantunya dengan
dana. Saya memiliki prinsip dan setuju dengan apa yang dilakukan oleh Ibu
Theresia dari Calcuta. Mungkin ketika kita berbuat baik, orang menganggap kita
memiliki pamrih.Tetapi bagaimanapun tetaplah berbuat baik, hal seperti itu
selalu saya katakan juga kepada diri saya pribadi.
Di dalam mengalami
peristiwa ini …..tubuh saya rasanya
tidak bertulang, lemas. Inikah yang dimaksud : salam dari Tuhan itu ?
Namun
sepanjang perjalanan pulang saya berdoa, terimakasih
TUHAN, karena telah menyapaku dengan kalimat : salam bagimu !
Menuangkan tulisan inipun sangat riskan bagi saya. Kalau saya ceritakan : hubungan saya dengan mereka relatif baik, maksudnya di depan saya sikapnya lembut. Tetapi sikap dan perkataan mereka di belakang saya atau terhadap keyakinan saya seperti itu. Maka artikel kesakasian saya ini …kami tuliskan dan kami kirimkan dalam rangka kegiatan Bulan Kesaksian dan Pelayanan di gereja saya tanpa menuliskan identitas saya. Kiranya TUHAN YESUS memberkati kita semua …..
Kiriman : Ningdyah KRW 6
Ningdyah percaya kepada TUHAN ALLAH dan TUHAN YESUS. Ningdyah jam 12 atau jam 2 malam iya
sembahyang minta dengan TUHAN YESUS
perlindungan, rejeki, kesehatan, kekuatan kesabaran dan lain-lainnya. Ningdyah
sekeluarga tidak ada halangan apa-apa iya itu Ningdyah minta TUHAN ALLAH dengan TUHAN YESUS biar dilindungiiaya dengan Moloekat dan
lain-lainnya
Tuhan Selalu menyertai kami sekeluarga
Kiriman : T Wahyudi
Didalam hidup ini tidak
ada seorangpun yang terlepas dari problema, ancaman dan tantangan dari berbagai
hal. Seolah-olah hidup kita sudah dikepung oleh banyak persoalan, seperti yang pernah
kami alami dimana kami pernah mendapat tantangan yaitu berupa musibah seperti
dibawah ini.
Pada
tanggal 6 Mei 2004 yang lalu, sewaktu kami masih dinas pada
Balai Penelitian Tanaman Buah di Solok, Sumatera Barat, keluarga kami mengalami
musibah / kecelakaan yaitu mobil kami menabrak seorang tukang ojek becak
bermotor (Betor) sampai meninggal dunia. Yang menyetir mobil pada waktu itu adalah anak saya. Yang ada dalam mobil adalah saya, isteri saya
dan anak saya. Pada waktu itu kami sedang
pulang dari Penelaahan Alkitab (PA) di
rumah seorang warga Jemaat Gereja HKBP
di Solok. Karena dalam kecelakaan tersebut
tukang ojek sampai meninggal maka anak saya ditahan di Kantor Polisi.
Kami
mohon bantuan kesana kemari untuk meminta penangguhan penahanan anak saya
supaya tidak ditahan atau meminta supaya perkara tidak dilanjutkan, tetapi tidak berhasil anak saya tetap ditahan dan
perkara tetap dilanjutkan. Saya masih tetap mencari bantuan dan berdoa untuk
mengurus masalah tersebut.
Besok
siangnya (tgl 7 Mei) ada acara pemakaman tukang ojek yang ditabrak oleh anak
saya tersebut. Saya harus datang menghadiri acara pemakaman tersebut. Tetapi kata teman-teman
kalau saya hadir dapat membahayakan jiwa saya karena ada keluarga mereka yang
marah karena saudaranya meninggal ditabrak mobil tersebut.
Kami
sekeluarga berdoa terus supaya Tuhan Yesus melindungi dan menyertai kami. Bersyukur
kepada Tuhan karena pada tgl 7 Mei itu,
waktu saya mencari bantuan kesana kemari dan terus berdoa, Tuhan Yesus telah
mengirim seseorang datang kepada saya melalui teman kantor. Teman satu kantor
tersebut datang kepada saya sambil memperkenalkan saudaranya yang seorang
Polisi Intel dari Kabupaten lain yaitu dari Kabupaten Painan, untuk membantu
saya. Karena ditemani P. Polisi tersebut
dan teman serta adik saya maka pada tgl
7 tersebut saya berani datang menghadiri pemakaman. Pada jam 09.00 pagi saya
telah hadir dirumah duka tersebut. Karena pemakaman tgl 7 tersebut tepat pada
hari Jum’at, maka pemakaman akan dilaksanakan setelah sembahyang Jum’at . Kata
P. Polisi Intel tersebut, hal ini merupakan kesempatan untuk mohon pamit.
Selanjutnya P. Polisi Intel mengajak saya untuk pulang, karena P.Polisi tersebut
akan Jum’at an. Setelah P. Polisi dan teman saya selesai Jum’at an kami tidak
datang lagi ke pemakaman. Hal ini berarti karena perlindungan Tuhan Yesus maka kami
selamat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada waktu pemakaman.
Kami sekeluarga tetap berdoa
terus agar anak saya diizinkan penangguhan
penahanan. Puji Tuhan, Izin penangguhan penahanan disetujui oleh Pihak
Kepolisian, sehingga anak saya hanya ditahan selama 5 hari dan hanya disuruh
melapor ke Kantor Polisi 2 kali dalam seminggu, sehingga anak saya masih bisa
sekolah di SMA Negeri 1 Solok kelas 2 dan masih bisa mengikuti Ujian Ulangan
Umum Kenaikan kelas. Bersyukur kepada Tuhan Yesus, anak saya akhirnya bisa naik
ke kelas 3. Dalam pada itu proses hukum tetap
harus berjalan. Berkas sudah masuk ke Kejaksaan
dan ke Pengadilan. Bersyukur kepada Tuhan, anak saya didalam sidang Pengadilan
diputuskan bebas bersyarat. Anak saya hanya disuruh melapor 1 kali setiap
bulannya selama 18 bulan ke Lembaga pemasyarakatan Anak-anak karena anak saya
masih berumur 16 tahun pada waktu itu. Kami bersyukur terus karena anak saya
dapat naik kekelas 3 dan pada ujian
akhir SMA dapat lulus ujian dan dapat diterima masuk ke Politeknik Negeri Malang, semua itu berkat perlindungan dan
penyertaan Tuhan Yesus.
Bagi anak-anak Tuhan yang percaya akan kuasaNya, seberat
apapun problem yang kita hadapi tidak menjadi masalah lagi, karena kita yakin
dengan sungguh bahwa Tuhan Yesus sanggup mengubah duka cita menjadi sukacita
Apabila
kita mengukur problema dan pencobaan dengan kekuatan dan kesanggupan kita, kita
merasa tak berdaya dan merasa kecil dan seolah-olah akan menyerah kalah sebab
putus asa. Tetapi apabila kita melihat problem kita dengan kesanggupan kuasa
Allah dan berdoa terus, maka kita dapat mengalahkan setiap problema. Oleh sebab
itu kita jangan memandang besar kepada problema yang kita hadapi.
Dari
Alkitab kita dapat membaca bahwa Raja Saul dan tentara Israil merasa sangat
ketakutan terhadap Goliat yang yang mengejek mereka setiap hari. Tetapi ketika
mendengar tantangan Goliat, Daud tak gentar sama sekali. Daud mengetahui bahwa
ukuran tubuh Goliat jauh lebih besar dari tubuhnya, tetapi Daud berkata : ”Siapakah
orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemooh barisan
daripada Allah yang hidup? ”( 1 Samuel 17 : 26 b). Tetapi Saul tak yakin akan
kesanggupan Daud dan dia berkata kepada
Daud : ” Tidak mungkin engkau dapat menghadapai orang Filistin itu untuk
melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah
menjadi prajurit”. ( 1 Sam. 17 : 33 ) .
Saul
memandang musuh dengan ukuran manusia, dia meremehkan Daud. Saul lupa bahwa
bahwa yang menyertai Daud adalah Roh Allah . Jawab Daud kepada Saul :” Tuhan
telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan
melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu” (1 Sam. 17 – 37 ). Prespektif Daud berbeda dengan prespektif Saul. Saul
membandingkan ukuran tubuhnya dengan ukuran tubuh Goliat, dan Saul memandang
besar Goliat itu dan dia menjadi gentar. Sedang Daud mengandalkan kekuatan
Allah yang Mahabesar dan Maha dahsyat. Daud tidak gentar menghadapi tantangan,
gertakan dan penghinaan Goliat bahkan Daud berkata kepada Goliat:” Engkau
mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi
engkau dengan nama Tuhan semesta alam. Allah segala barisan Israil yang kau
tantang itu”.(1 Sam.17:45). Goliat dikalahkan hanya dengan umban dan batu tanpa
pedang tanpa di tangan dan dibunuhnya.
Apabila
kita memandang problema kita sebagai Goliat yang besar, maka kita akan gentar
dan kalah. Tetapi apabila kita mengerti bahwa Roh yang didalam kita lebih besar
dari roh yang ada di dunia ini, maka kita dapat mengalahkan setiap problema.
Kita
jangan gentar menghadapi problema dan pencobaan karena, sudah tertulis dalam
Matius 28 : 20 b Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. A....... min.