KILAS BALIK
baca juga http://rancangankotbahminggu.blogspot.com/2014/06/sejarah-swaru-sebagai-desa-sekaligus.html sebagai hasil pelengkap penelusuran materi sejarah desa dan jemaat Suwaru atau Swaru yang dapat dimengerti secara utuh di dalam hasil penafsiran dari berbagai sumber ontentik yang ada kita miliki
1.
Pembacaan Kilas
Balik jemaat di Soewaroe
Seiring bertumbuh
kembangnya isi bumi, demikian pula manusia di Jawa Timur - Malang daerah kita
ini
Berkaitan dengan
Babad Suwaru, Akkeren menulis sebagai berikut:
“Demikian
halnya dengan kepergian orang-orang Mojowarno itu ke deerah Malang
Selatan, tidak lain karena daerah ini masih merupakan hutan lebat, dan seperti
pengalaman di Mojowarno tersebut maka daerah demikian itu dianggap paling baik
untuk pertanian dan sangat longgar untuk didiami. Sehingga Malang sendiri waktu
itu hanya dilewati saja dalam perjalanan
pengembaraan mereka ke daerah Selatan.
Begitulah
maka pada tahun 1857 dicatat sebagai saat-saat pertama ditemukannya daerah baru
yang kemudian disebut Suwaru”
Suwaru
sering juga disebut Swaru, Nama Suwaru dapat dirunut dari kata dasar (tembung
lingga) waru yang mendapat awalan
(ater-ater) su sehingga menjadi kata
jadian (tembung andhahan) suwaru.
Dalam bausastra Jawa – Indonesia yang disusun oleh S. Prawiroadmodjo (1989) disebutkan
bahwa waru ialah pohon baru sedangkan su (Sansekerta Kawi) adalah awalan yang
berarti baik; dengan demikian suwaru
mempunyai makna pohon baru yang baik. Dasar pemberian sebuah nama pada umumnya dikaitkan
dengan adanya harapan dari pemberi nama terhadap pemilik nama.
Nama
Suwaru lebih tepat mempunyai makna pohon
baru yang baik dengan bertolak pada dua hal, yaitu (1) Pemberi nama adalah seorang cerdik dan (2) Harapan pelopor babad Suwaru terhadap masa depan desa ini.
Para pelopor Babad Suwaru terdiri dari kumpulan orang-orang Kristen Jawa awal yang mempunyai
leluhur antara lain keturunan Paku
Buwana I dari Surakarta, keturunan
Dipanegara dari Yogyakarta, dan
kerabat (kadang sentono) Pangeran
Cokrokusumo dari Bangkalan
berikut
adalah Beberapa Pelopor Babad Suwaru
No
|
Nama
|
Lahir
|
Wafat
|
Keterangan
|
1
|
Amon
|
± 1815
|
17-08-1907
|
Menyatu Johanah
|
2
|
Johanah
|
± 1825
|
13-07-1909
|
Menyatu Amon
|
3
|
Yokanan
|
Mungkin Yokanan Radin
|
||
4
|
Adrian Radin
|
1828
|
24-09-1902
|
Pamoelang Swaroe
|
5
|
Asaryo
|
1938
|
||
6
|
Kyai Truno Semito
|
23-07-1903
|
Tulisan huruf Jawa
|
|
7
|
Nyai Sawen
|
25-02-1906
|
Tulisan huruf Jawa
|
|
8
|
B. Sarno
|
30-01-1836
|
11-09-1908
|
|
9
|
Yosapat
|
02-12-1920
|
||
10
|
Kromo Setjo
|
± 1844
|
20-01-1921
|
Menyatu Trisiah
|
11
|
Daniel
|
Kakek Lintri
|
||
12
|
Tjakarias
|
|||
13
|
Raelah
|
17-07-1848
|
13-03-1933
|
Anak kedua Amon
|
14
|
Trisiah
|
01-03-1852
|
28-04-1922
|
Anak ketiga Amon+Kromo Setjo
|
15
|
Peni
|
19-02-1862
|
24-08-1929
|
Anak keenam Amon
|
16
|
Ebenoyo
|
15-05-1859
|
12-02-2604
|
Lahir tahun 1859
|
Akkeren (1969 : 163) menyebut tahun berdirinya jemaat pemukiman merujuk
pada karya awal pembukaan hutan, maka ia menyatakan Mojowarno didirikan pada tahun 1844 Suwaru berdiri pada
tahun 1857, Peniwen 1880, Wonorejo 1884, dan Sitiarjo 1895.
2.
Bidang Pemerintahan
Bagaimanakah Para
Pelopor desa kita dalam tatanan sosial dan pemerintahan pada waktu itu . . . .
. . . . . .
Pada tahun 1857
ditemukan daerah baru yang kemudian disebut Suwaru, pada saat Suromenggolo (
Sandiyo ) cicit Diponegoro baptis tahun 1852 Kromo Setjo berusia kira-kira 8
tahun, pada saat babat Suwaru 1857 ia berusia 13 tahun ikut dalam rombongan
para pelopor Babad Suwaru. diusianya ke 16 pada tahun 1860, Ia menjadi Kepala
Sekolah, tercatat sampai tahun 1875,
dibantu oleh Ellypas. pada usia sekitar 26 tahun menjadi Aris (Kepala Desa) Suwaru.(tertulis dimakamnya Aris Pansijoen)
Sehubungan dengan fungsi Bau Aris dapat
diacu tulisan Jebus(1981) dalam peresmian desa-desa Kristen, yang di laksanakan
di Mojowarno,sebagai berikut:
Kemudian dikatakan
oleh tuan Residen “Oleh karena itu, mulai sekarang ini saya atas nama
Pemerintah, meresmikan secara simbolis
atas berdirinya desa-desa baru ini, dengan menetapkan para pimpinan desa-desa
baru yang menjadi Kepala Desa masing-masing. dan sayapun dengan resmi mengangkat
R.Karulus Wiroguno menjadi Bau Aris pertama yang
bertugas memimpin para kepala desa dan bertanggung jawab langsung kepada Bapak
Wedana.
Seiring perobahan
waktu, maka pergantian pemimpin desa Suwaru ini tercatat sebagai berikiut:
Pemimpin Desa Suwaru
No
|
Nama
|
Jabatan
|
Keterangan
|
1
|
Sarno Kromo Setjo
|
Aris
|
Aris I, mulai ±
1870 - ? (wafat 1921)
|
2
|
Trimo Setjo
|
Aris
|
Aris II (anak pertama Sarno Kromo Setjo)
|
3
|
Niscoyo Setjo
|
Carik
|
anak ke-3 Sarno Kromo Setjo
|
4
|
Purbowidjaja
|
Petinggi
|
Sekitar tahun 1935-an
|
5
|
Sadono
|
Petinggi
|
Jaman pendudukan Jepang
|
6
|
Jakob
|
Pemimpin Desa
|
Masa transisi, 1948 – 1950
|
7
|
Murtiyan Matheus
Adioetomo
|
Petinggi – Kepala
Desa
|
1950 – 1963 Semula
Petinggi kemudian disebut Kepala Desa Wafat 1963
|
8
|
Gunarso
|
Kepala Desa
|
1963 - 1969
|
9
|
Hariadi Saroeb
|
Kepala Desa
|
1969 - 1988
|
10
|
Pramusito Saroeb
|
Kepala Desa
|
1988 – 1996
|
11
|
Mujo Wasiso
|
Care taker
|
1996 – 1998
|
12
|
Bambang Kuntjoro
|
Kepala Desa
|
1998 - 2006
|
13
|
Tedjo Sampurno
|
Kepala Desa
|
2006 -
sekarang
|
Itulah para
pemimpin desa di Soewaroe . . . .
3.
Bukti sejarah
pelayanan gereja: Sebuah Taplak Bujono dan 2 Tuwung Bujono
di tahun 1875 .
Tuhan Yesus pertama kalinya memberikan pelayanan pada umatNya yang berada di
Soewaroe…. dalam bentuk perjamuan kudus,
Ini taplak
perjamuan kudus yang dibawa pendeta sending dari Belanda, bertuliskan
“NEEM EN EET DIT IS MIJN LICHAAM , DOET DIT TOT MIJNE
GEDACHTTENIS yang artinya AMBILLAH dan MAKANLAH INILAH TUBUHKU ,
PERBUATLAH INI MENJADI LAMBANG”.
125 tahun usia
taplak perjamuan kudus ini, tentunya ia sekarang sudah meninggal
2 Tuwung
dan Teko Bujono, i
bertuliskan
“VAN DE REMONSTRANTSCHE BROEDERSCHAP AAN DE ZENDING
GEMENTE TE SWAROE 1875” . DARI PERSATUAN
PERSAUDARAAN KE MISSI GEREJA SOEWAROE 1875 inilah bukti Tuhan
pertama kalinya memberikan pelayanan pada umatNya yang berada di Soewaroe,
yaaaa hingga kini dan sampai akhir zaman.
4.
Dengung “lonceng
asli/pertama”
Dengung
lonceng berdentang pertama kalinya di Jemaat Soewaroe
pada tanggal 3 Desember 1912
pukul 21.30 saat gedung gereja ini diresmikan penggunaannya,
Lonceng ini bertuliskan TANAH
WALANDI SOEWAROE 1911 (oleh karena kesalahan teknis penggunaannya jadi retaklah
lonceng itu kemudian ….. ) melihat kondisi
seperti itu Almarhum Suhardig Matheus,tahun .... ? .
tergerak hatinya untuk mengganti dengan lonceng ke dua, yang sekarang kita masih dapat digunakan
Pada
saat peresmian kala itu sambutan pdt Zending , de Vries (mengacu pada Mazmur 33 ayat 21):
“Ya, karena Dia
hati kita bersuka cita, sebab kepada namaNya yang kudus kita percaya”
Inilah bukti sejarah awal berdirinya Gedung
gereja: Disamping gedung ini sendiri dengan renovasi ( 5 tahap ) sehingga berwujud seperti ini, (
Di tayangkan lewat LCD)
3 Meja perjamuan kudus,di meja inilah kita
dilayani Perjamuan Kudus 4 kali dalam satu tahunnya, karena perubahan kondisi instanisasi Majelis Jemaat yang mengedarkan ke jemaat
3 unit meja kecil, untuk pelayanan
perjamuan dan babtisan Mangkok Air Baptisan
3 Unit kursi manten, Siapakah diantara
saudara yang tidak duduk di sini dalam pemberkatan nikah?
1 Unit Mimbar utama, dengan sesanti
kita”Allah anunggil kalawan kita”
5.
Penyajian para
pendeta yang pernah melayani jemaat di Suwaru
Perjuangan berat
para pelayan dan orang-orang pribumi dan pendeta Zending dengan berpegang teguh
pada tema yang tertulis di Mimbar “Allah anunggil kalawan kita” maka gerombolan
orang Kristen di Soewaroe bagaikan “tumbuhan baru yang baik” sebagaimana makna
nama Suwaru.
Perjuangan para
pemimpin yang mendambakan hidup merdeka, misalnya Peristiwa Perang Diponegoro
dan penyingkiran Abdurrasid beserta
(kadang sentono) yang mengiringinya dari Bangkalan serta Tunggulwulung dari
Juwono (Jawa Tengah dengan segala aktifitasnya di Jawa Timur, mengindikasikan adanya hubungan kelahiran dan perkembangan 'gerombolan orang Kristen' di Suwaru. Kondisi
yang dialami para pendahulu kita dan peran dari para pedeta Zending sungguh telah mewarnai perkembangan GKJW Jemaat Suwaru. dalam kurun 155 tahun para pelayan
GKJW Jemaat Suwaru tercatat 36 pelayan
diantaranya : . . . . . .
No
|
Waktu
|
Nama
|
Keterangan
|
1
|
1857- 1874
|
1. R. Amon
|
Beliau dibaptis 13 April 1844 di Surabaya. Memperoleh
pendidikan calon pelayan jemaat 1 tahun di Mojowarno kemudian mendapat tugas di
Malang kemudian dipindah ke Suwaru
|
2
|
2. Sarno Kromo
Setjo |
Baptis 1852 di Mojowarno Memperoleh pendidikan calon pelayan jemaat
1 tahun di Mojowarno. Menjadi Kepala Sekolah di Suwaru 1860-1875 yang kemudian menjadi Aris
I / Kepala Desa I di Suwaru
|
|
3
|
3. Daniel
Poncokaryo |
Adalah nama setelah dibaptis
|
|
4
|
4. Andrian
|
Tua-tua Jemaat, rumahnya tempat menginap pendeta
Kremer waktu kunjungannya pertama ke Suwaru th1874. Melayani cawisan bagi
orang-orang yang akan menerima pembaptisan
|
|
5
|
5. Mangun
|
Berpengalaman dan membantu Kremer pada Maret 1874
dalam melakukan pengobatan bagi warga
|
|
6
|
6. Sakeyus
|
Pemimpin rombongan penjemput Kreemer di Gondanglegi
pada tanggal 22 Maret 1874. Sakeyus
menjadi pemimpin rombongan membuka hutan Peniwen
|
|
7
|
7. Tjakarias
|
Pada tgl 24 Maret 1874 ia menyertai Pdt Kreemer
melakukan eksplorasi di Pager Gunung (Wonolopo/ Wonokerto)
|
|
8
|
8. Ellypas
|
Anak ke 5 Amon,1860-1890 menjadi guru di Suwaru
|
|
9
|
9. Jelesma
|
Pendeta Zending di Mojowarno 1852-1858, ia yang
membuka jemaat Suwaru
|
|
10
|
10. Harthoom
|
Pendeta Zending bertugas di Malang 1855-1863,mencakup
Suwaru
|
|
11
|
11. Poensen
|
Pendeta zending di Kediri menggantikan Pdt. Harthoom
|
|
12
|
1874-
|
1. Asaria
|
Baptis 13 April 1844 di Surabaya sebelum di Suwaru
bertugas di jemaat Bongsorejo
|
13
|
2. Ebenojo
|
Menjadi guru di Suwaru 1875-1890, Kemudian melayani
Jemaat Suwaru yang pada tahun 1926 disebut sebagai Pendeta Jawa tertua usianya, dan
menjadi peletak batu penjuru pembangunan Sekolah Teologia Balewiyata.
|
|
14
|
1874-1894
|
J.Kreemer
|
Pendeta Zending yang bertugas di Suwaru, Pada masa
Pdt Kreemer itulah Tuwung dan taplak bujono tadi didapat Jemaat kita.
|
15
|
1895-1907
|
Louwerier
|
Pendeta Zending yang bertugas di Suwaru tiba 17
Desember 1895. Ia juga sebagai pengasuh jemaat di Karesidenan Pasuruan
(Malang waktu itu ikut Karesidenan Pasuruan)
Pada masa Louwer
|
16
|
1908-1937
|
de Vries
|
Pendeta Zending,
tahun 1908 pindah ke Suwaru. Pada tahun 1912 pembangunan dan peresmiaan
gedung gereja yang digunakan sampai sekarang, lonceng bertulisan Tanah
Welandi Swaroe 1911 menjadi benda bersejarah bagi Suwaru
|
17
|
1937-?
|
O. Dedecker
|
Pendeta Zending
pindahan dari Bondowoso
|
18
|
Sekitar 1930
|
Sarjono Ram
|
Sarjono Ram 1925-1927 menempuh Sekolah Pendidikan
Pendeta Jawa di Kediri
|
19
|
Sekitar 1935
|
Wiryodarmo
|
Berdasar penuturan Intyasharjo Setjo
|
20
|
1940-1945
|
Lukas
|
Salah satu bukti, ia adalah pendeta yang
menandatangani kartu tanda baptis Susetyoadi Setjo
|
21
|
Sekitar 1949
|
Susilo
|
Melayani ibadah anak
|
22
|
Sekitar 1950
|
Sumilirno
|
Melayani ibadah anak
|
23
|
Sekitar 1950
|
Wintjoro
|
Melayani ibadah anak, ia kakak Sulihaji Daud dan
cicit Daniel Poncokaryo
|
24
|
±1949-1956
|
Noersaid Setjo
|
Wafat 9-3-1956 waktu masih menjadi pendeta di Suwaru.
ia adalah cucu Sarno Kromo Setjo
|
25
|
1957-±1964
|
Suwoto Timin
|
Berakhir melayani di Suwaru karena memasuki masa
pensiun
|
26
|
1966-1969
|
Sarjono Ram
|
Sesudah Suwaru komplang
karena pendeta Suwoto Timin pensiun/ emiritus
|
27
|
1970-1979
|
Tamsir
|
memasuki masa pensiun pendeta, tinggal berada di Suwaru
|
28
|
1980-±1984
|
Widayat Misro
|
sebagai catatan ia menandatangani kartu tanda
pembaptisan tahun 1980 dan tgl 3-7-1983 menjadi saksi penanda tanganan dalam serah terima
jabatan Kepala Sekolah SMP YBPK Suwaru
|
29
|
±1985-1987
|
Prasodjo Sampuro
|
Pendeta Konsulen( dari Wonorejo)
|
30
|
1987-1998
|
Gideon Yoram
|
Tiba di Suwaru 27 Desember 1987, ia keturunan Adrian
|
31
|
1998-2000
|
Maswandi Andreas
|
Tiba di Suwaru April 1998
|
32
|
2000-2002
|
Prasetyo Rasmo
|
Pendeta Konsulen (dari Gadang)
|
33
|
2002-2005
|
Ngadianto
|
Ibadah Pelantikan 22 September 2002
|
34
|
2005-2006
|
Sucipto Adi
|
Pendeta Konsulen (dari Sumberpucung)
|
35
|
2006-2008
|
Yohanes Puji
|
Pendeta Konsulen (dari Wonorejo)
|
36
|
2008-2017
|
Kristianto
|
Tiba di Suwaru - Oktober 2017
|
P
37. 2017- ... Sungkono Tiba di Suwaru: Oktober 2017 sd ...
Penyajian perkembangan pelayanan gereja bidang pendidikan hingga surutnya
Pendidikan Luar
Sekolah
abad ke- 19 s/d awal abad ke-20 (1860 – 1907)
1. Pendidikan Luar Sekolah
Pada tahun 1860 – 1875 sekolah hanya dilayani oleh dua orang yaitu Sarno
Kromo Setjo sebagai Kepala Sekolah dan Ellypas sebagai pembantu. Ditinjau dari
usianya pada tahun 1860 Sarno Kromo Setjo diperkirakan berumur 16 tahun
sedangkan Ellypas kira-kira 5 tahun, Ellypas berperan menemani anak-anak yang
belajar. Guru melaksanakan tugasnya tanpa ada Sp, dan tujuan layanan sekolah
ialah agar anak-anak tidak buta huruf, karena itu penyelenggaraan sekolah pada
waktu itu tergolong Pendidikan Luar Sekolah.
Pada tahun 1875 pemikiran tentang perbaikan sekolah tetap menjadi perhatian
Kreemer. Upaya orang Suwaru untuk melakukan hal-hal yang baik mendapat dukungan
moral dari seorang Bupati (Regent)
Malang yang diucapkan dalam acara peringatan 60 tahun dinasnya yang pada waktu
itu dihadiri pula wakil-wakil dari Suwaru. Warga Suwaru setia mengumpulkan uang
untuk persiapan pembangunan sekolah dan gereja. Kyai Sacharias (Tjakarias)
aktif membantu membuat laporan mingguan tentang pekerjaannya, tentang kejadian
di sekolah dan jemaat. Kreemer mempunyai 8 pembantu pendidik yang disebut kweekelingen yang disuruh keliling di
daerah Malang untuk mengadakan eksplorasi tentang barang-barang kuno dan
sumber-sumbernya.
12 Nama Guru Pelopor di Suwaru abad ke- 19 s/d awal abad ke- 20 (1860 – 1907)
Pendidikan Luar Sekolah
No.
|
Tahun
|
Nama
|
Jabatan
|
Keterangan
|
1
|
1860 - 1875
|
1. Kromo Setjo (1)
2. Ellypas (2)
|
Kepala Sekolah
Pembantu
|
Guru-guru pada waktu itu :
a. tanpa Sp
b. sifatnya sementara
c. hanya menghendaki supaya anak-anak tidak buta huruf
|
2
|
1875 - 1890
|
1. Ellypas
2. Ebenoyo (3)
3. Markus (4)
4. Niroso Setjo (5)
5. Kardi Setjo (6)
|
Kepala Sekolah
Pembantu
|
|
3
|
1890 - 1907
|
1. Adi Djosep (7)
2. Jatno (8)
3. Tisno (9)
4. Ertimin (10)
5. Stepanus (11)
6. Nganurwan (12)
|
Kepala Sekolah
Pembantu
|
a. guru sudah mempunyai Sp
b. Sifatnya sementara
|
7. Penyajian perkembangan pelayanan gereja bidang kesehatan
Pelayanan Kesehatan yang tercatat pada profil Jemaat kita sejak tanggal 21 Maret 1874, sudah terorganisir
dalam menangani warga yang menderita sakit, sekalipun dengan bimbingan Kremer.
Administrasi dalam layanan di bidang kesehatan dilakukan dengan cermat,
dilakukan pencatatan tentang nama, tempat tinggal dan penyakit orang-orang yang
datang berobat. Dalam kegiatan ini Kreemer dibantu oleh pak Mangoen yang
disebut sebagai orang yang berpengalaman.
Dalam perkembangannya Di Suwaru didirikan poliklinik untuk melaksanakan
kegiatan layanan kesehatan. kemudian dibangun Rumah Sakit Pembantu pada tahun
1913. Yang letaknya di Selatan kapanditan, Gereja ke arah selatan.
M. Adrian (1882 – 1973) dan Rasimah (1887 – 1983) adalah pasangan suami
isteri yang bekerja di bidang medis. M. Adrian sebagai mantri kesehatan sedangkan Rasimah sebagai bidan pada masa lalu.
Pada tahun 1950-an dan sebelumnya yang bekerja di bidang kesehatan adalah
Gunawan Martowijoto (1901 – 1969).
Sekarang . . . Pelayanan pendidikan
dan kesehatan sangat menjadi perhatian utama oleh pemerintah menurut
perkembangannya, dari masa awal kemerdekaan hingga sekarang ini.
Anak-anak didik yang ditempa di sini dulu telah melahirkan banyak
individu-individu yang berperan aktif bersama pemerintah maupun swasta . . .
8.
(pengakuan keadaan hingga sekarang)
Begitu sejarah para pendahulu kita,
memulai kehidupan di tempat baru. Dari zaman penjajahan-kemerdekaan hingga zaman Reformasi - globalisasi ini.
Memang
benar falsafah hidup seperti “lilin yang menyala” sekecil
apapun terang kita pasti akan memberi arti bagi kehidupan sekitarnya
Apa
tugas kita dalam hidup ini?. Seperti lilin itu . . . memberi “arti-terang” dalam
kehidupan ini, dimanapun kita berada.... di tempat kerja ataupun di manapun sedang beraktifitas
Dari 12 lentera menjadi tak terhitung
jumlah terangnya dari Amon dan kelompoknya di tahun 1957 tiba di desa ini,
sehingga menjadi 1.421 jiwa warga jemaat
kita, dalam kurun 155 tahun. belum lagi anak cucu cicit jemaat yang
tersebar dari kota Medan sampai Merauke
Kita
patut bersyukur pada Allah yang telah
menata hidup umatNya
secara teroganisir dengan didirikan
gedung tempat ibadah, gereja ini,
101 tahun yang lalu.
dari kondisi gereja awal “itu” hingga
wujud seperti ini, Allah selalu
beserta kita. Seperti sesanti yang
tertulis di mimbar utama
Gereja kita dengan huruf Jawa Allah
anunggil kalawan kita
Ya dan amin. Dan
itu!, akan menjadi tema besar pada setiap Natal dalam
kehidupan kita, adalah Imanuel ! Tuhan beserta
kita
Kelahiran
Yesus di Bumi / NATAL adalah wujud Imanuel
semoga menjadi berkat
BalasHapusPak.dhe klo amon itu trah keturunan dari siapa....matur sembah nuhun
BalasHapusTerima kasih...Tulisan yang sangat bagus karena didukung data yang kuat.
BalasHapusTrimakasih para sejarahwan yg telah membukukan/ mencatat tentang sejarah SUWARU..semoga berlanjut dan ada penerus nya para penulis sejarah ini.TUHAN MEMBERKATI AMIN
BalasHapusSaya sendiri adalah keturunan putu Mashadi setjo, buyut dari Niscoyo Setjo, canggah Sarno Kromo Setjo, serta wareng dari Ki Amon dan sangat tertarik dengan sejarah Suwaru dan leluhur saya.... tulisan ini sangat membantu...
BalasHapus