Banyak penjelasan tentang kapan hari kelahiran SANG JURUSELAMAT dunia.... Apakah itu tepat tanggal 25 Desember atau ada waktu lain, di bulan yang lain ?
Dan bagaimana sikap kita sebagai orang percaya akan hari kelahiran SANG JURU SELAMAT yang diperingati setiap tanggal 25 Desember setiap tahunnya
Memang selama ini kita ataupun saya pribadi hanya mendapatkan informasi secara sepotong-potong. Nah, inilah kutipan dari ‘satu perbincangan’ yang saya ikuti. “Terimakasih kawan-kawan untuk hal ini semua…. Sebab apapun yang kita perbincangkan cukup membawa kemajuan di dalam iman percaya kita; TUHAN YESUS, SANG JURU SELAMAT DUNIA sungguh telah terlahir. Amin”
Kalaupun sumber primer dari fakta sejarahnya benar-benar ada maka penafsiran- atau interpretasinya pasti sangat mendekati kebenaran yang sesungguhnya; Tetapi bagaimanapun juga ‘Tanggal 25 Desember, hari Natal’ yang kita peringati bersama itu tetap menjadi bahan kritikan bagi siapapun orang yang berkepentingan. Tetapi kritikan atau sikap mengkritisi sumber datanya itupun juga merupakan satu penafsiran yang bersifat subyektif untuk mencari kebenaran yang selalu berkaitan dengan kepentingan masing-masing. Contoh yang mudah adalah seperti halnya kesamaan-kesamaan peristiwa dengan apa yang terkait dengan penetapan penanggalan yang sama... mengapa tanggal 25 Desember itu ada kesamaannya dengan peristiwa lain yang semuanya itu merupakan satu kepandaian kita sebagai manusia di dalam menafsirkan bukti fakta dari tanggal tanggal 25 Desember tersebut
Nah, tidaklah keliru, sekali lagi tidaklah keliru kalau sumber fakta sejarahnya memang ada bahwa tanggal 25 Desember adalah Natal hari kelahiran SANG JURU SELAMAT; Sekali lagi apabila itu semua bukan sekedar kisah atau cerita- dongeng- legenda. Memang setiap peristiwa yang pernah terjadi pastilah dapat ditemukan dan ditelusuri sedikit banyak jejak-sejak sejarahnya, kecuali peristiwa itu hanya rekaan- atau cerita dan dongeng belaka
KRISTUS YESUS sudah terlahir di dunia ini, tetapi apalah artinya ‘hari kelahiran’ apabila dimaknai dengan tujuan yang bertentangan dengan tujuan kelahiranNYA
(Pertanyaan bermula :
Setiap bulan Desember, dari sebagian terbesar umat Kristiani sedunia merayakan Natal di mana puncak peringatannya jatuh pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya. Natal adalah hari kelahiran YESUS orang Nazaret yang diimani sebagai ALLAH yang mengambil rupa sebagai manusia. Mengapa tanggal 25 Desember dan kenapa demikian ?)
Sangatlah baik bila kita membuka diri untuk menerima masukan-masukan yang akan lebih memperkaya pengetahuan dan pemahaman kita semua, sehingga kita dapat memahami tentang apa-apa yang kita lakukan (Memang ‘NATAL’ adalah misteri Ilahi, yang memang hanya untuk diimani dan semuanya itu dapat dimengerti secara iman). Jadi kita tidak sekedar ikut-ikutan, karena implikasinya sungguh 'kurang-baik' saat ada orang lain yang tidak seiman menanyakan hal ini. Sering kita menjadi tidak PeDe atau tidak percaya diri akan kebenarannya. Tentu kita sepakat untuk mengetahui tujuan dari pemaparan uraian dari beberapa teman sebagai usaha memberi pengajaran
Ada pertanyaan yang pernah diterima oleh seorang teman saya dari rekan yang beragama lain: "Bukankah 25 Desember adalah hari raya orang Romawi yang kafir penyembah Dewa Matahari?". Oleh teman saya dijawab, bahwa tanggal 25 Desember itu merupakan perubahan atas pesta orang "kafir" yang diperbarui menjadi hari peringatan kelahiran Kristus yang dilakukan oleh ‘Bapak-bapak gereja’. Si rekan yang tidak beragama Kristen itu melanjutkan pertanyaannya: "Lha, ngapain (mengapa) dirayakan kalau itu bukan HUT- hari ulang tahunNYA (YESUS TUHAN)?".
Terus bagaimana dengan kita semua ?
Pertanyaan kritis itu diajukan oleh orang berlainan iman dan tidaklah selalu bisa dijawab dengan menggunakan perumpamaan. Apalagi secara langsung mengutip ayat-ayat Alkitab.Ya, memang apologetika itu adalah ilmu yang sulit dan harus setengah berdebat.Tetapi dialog mengenai kebenaran Injil buat sebagian teman adalah upaya mempertahankan pendapat, yang kemudian seringkali dicecar dan dikejar dengan pertanyaan-pertanyaan lain.
Saya setuju, memang perlu ada tanya jawab sederhana seperti yang sudah dilakukan ini untuk membantu rekan-rekan seiman agar bisa sedapat mungkin menjawab secara sederhana dan penuh keyakinan atas pertanyaan kritis dari rekan-rekan beragama lain.
Bagaimana kalau teman-teman lain iman selalu meminta "bukti" ayat alkitabnya. Bahkan, seringkali teman kita ini justeru lebih hafal ayatnya ?.
Inilah uraian dan paparan dari beberapa teman berbincang :
1).Setelah Bapak Adam & Ibu Hawa “memberontak / melawan GUSTI ALLAH dan “ketetapan”NYA (Ibrani: Khattat / Yunani : Hamartia = melenceng; tidak sejalan), GUSTI ALLAH berkata / berjanji / ber”ketetapan” lagi dalam Kejadian 3 :15, bahwa: GUSTI ALLAH akan melakukan permusuhan (abadi) antara Iblis (dalam manifestasi sebagai ular-naga) dengan Perempuan ini (Ibu Hawa), antara keturunannya (isyarat akan eksistensi Ibu Maria dan keturunannya yaitu YESUS); keturunannya (YESUS) akan meremukkan kepalamu (Iblis – untuk selama-lamanya), dan engkau (Iblis) akan meremukkan tumitNya (YESUS – yakni penderitaan dan kematian kurang lebih 3hari). Bagaimana prosesnya?
Lagi-lagi GUSTI ALLAH sendiri yang bertindak (turun dari Surga), mengambil kulit-binatang “domba” dan membuat pakaian untuk menutupi ketelanjangan manusia akibat dosa (kulit domba, bersifat “kekal”) Kejadian 3:21; bukan dengan ranting daun yang bersifat temporer, yang diupayakan oleh manusia sendiri, di mana setiap musim- setiap tahunnya, dan harus selalu ganti daun baru lagi, karena yang lama sudah rontok / bolong (Upaya tersebut, sama diartikan dengan “berpuasa” setiap tahun). ----Nah, dengan mengambil kulit- domba, maka tentu ada domba yang dikorbankan dan darahnya membasahi bumi, itu sebagai sinyal / isyarat akan pengorbanan YESUS PUTERA Maria selaku “SANG DOMBA ANAK ALLAH” ( Yohanes 1:29 ).
2).Isyarat GUSTI ALLAH, ini terus berlangsung melalui jalur Set-Nuh-Sem-Abraham-Ishak-Yakub (Israel) dan keturunannya para Nabi- nabiIsrael, baik melalui “penampakan” (Yunani: Theophani) maupun pengilhaman yang disebut “nubuat,” yang semuanya tercatat di dalam TANAKH – Alkitab Perjanjian-Lama. Dan telah digenapi di dalam diri YESUS TUHAN.
3).Meskipun demikian, “ALLAH yang sungguh penuh misteri,” yang dalam Filsafat Jawa dikatakan sebagai: “Tan kena, kinaya ngapa” (Tak dapat dikatakan bagaimana), karena DIA memang “bersemayam dalam terang yang tak terhampiri” (I Timoius 6:16) ini, “menghendaki agar semua manusia selamat” (I Timotius 2:3-4); maka DIA pun memberi “ilham” & inspirasi melalui “tanda-tanda alam” kepada bangsa-bangsa lain di luar Israel, tentang “pengharapan kepada seorang MESIAS” – Tentu tidak semua data (terbesar) dijumpai dalam Alkitab, tetapi dalam dokumen-dokumen sejarah di luar Gereja dan Ensyklopedi Internasional.
4).Data-data dari Alkitab yang mengisahkan, dan bersangkut-paut dengan kelahiran YESUS (kita semua sudah tahu), yakni: Matius 1 : 18 – 2 : 23 ; Lukas 1 : 5 – 45, 2 : 1 - 20 dan Kisah Para Rasul 3 : 37a
5).Data-data / dokumen di luar Alkitab, yakni:
>a.Astronomi
>b.Arkelogi
>c.Kalender Sipil dan Keagamaan di Israel
>d.Kepercayaan bangsa-bangsa lain.
Secara ringkas dapat dijelaskan demikian:
I.
Injil Lukas 1 : 26, menuturkan bahwa, Malaikat Gabriel menemui Ibu Maria pada bulan ke-6 setelah Elizabet mengandung Yohanes Pembaptis. Bertolak dari sinilah, kemudian ada seorang Bapa Gereja “Yohanes Chrisostomos” dalam tulisannya (Thn 386 M) menjelaskan penelusurannya bahwa, pewartaan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis oleh Malaikat (6 Bulan sebelumnya) kepada ayahnya Imam Zakharia, terjadi pada saat Imam Zakharia dari rombongan Abia, mendapatkan giliran bertugas di Bait Allah, yakni pada Perayaan Tabernakel “Yom Kippur,” tanggal 10 Bulan Tishri. Sehingga bila Ibu Maria ditemui Malaikat Gabriel, 6 Bulan kemudian (Lukas 1 : 26), maka jatuh pada tgl 25 Maret. Dengan demikian maka “kelahiran YESUS” terjadi pada tanggal 25 bulan Yahudi “Tebet” – yang parallel dengan 25 bulan Mesir “Khiakh”, dan Tanggal 25 Desember Tahun Masehi.
II.
Berdasarkan data Astronomi dan Arkeologi, terdapat “persesuaian” waktu berdasarkan Bintang Nova yang terang benderang “Bethlehem Star” yang pernah terjadi, yang menuntun Orang-orang Majus untuk berjumpa dengan YESUS , yakni pada DESEMBER 6 atau 7 SM.
III.
Ternyata sungguh luar-biasa cara TUHAN mempermaklumkan semua ciptaan-NYA. Kepada bangsa-bangsa di luar Israel, sejak Ratusan bahkan Ribuan Tahun sebelum YESUS SANG MESIAS, ternyata GUSTI ALLAH sudah “mengilhami” mereka akan hal ini seperti misalnya:
>Mithra, dewa Matahari bangsa Persia, Ia lahir dari seorang *Perawan, pada tanggal *25Desember, kelak memiliki Murid *12-orang, kemudian *menderita, mati dan bangkit pada hari ke-3 untuk menebus dosa umatnya.
>Tamuz, dewa bangsa Babel (terekam dalam Yehezkiel 8:14), lahir *25Desember, *Murid 12-orang, mati dan bangkit pd hari ke-3.
>Dionysus, dewa Matahari bangsa Yunani, dari seorang *Perawan bernama Demeter, pada tanggal *25Desember, *menderita dan mati menanggung dosa umatnya, *bangkit pada hari ke-3.
>Dan lain-lain.
Dari fakta-fakta: Ibu seorang “Perawan”, memiliki *Murid 12-orang, *menderta dan mati, dan *bangkit pada hari ke-3, semuanya SESUAI DENGAN yang terjadi pada diri YESUS TUHAN; maka saya koq haqqul-yaqien, bahwa tanggal kelahiran YESUS TUHANpun tepat pada 25 Desember (sebagaimana penjelasan “Yohanes Chrisostomos” dengan mengacu pada Alkitab).
Catatan:
1.
Semua “data-data” di atas hanyalah mau menunjukkan bahwa, GUSTI ALLAH sungguh-sungguh mengasihi isi dunia ini (I Timotius 2 : 3 - 4 dan Yohanes 3 : 16 - 18), sehingga IA menyediakan MESIAS / JURUSELAMAT. Di mana, semua “mesias” masa-lalu hanyalah ‘bayangan’ di dunia ide, yang mengarah kepada “yang-nyata- yang sesungguhnya” didalam DIRI YESUS ORANG NAZARET.
2.
Tanggal kelahiran YESUS TUHAN jatuh pada tanggal 25 Desember atau bukan, tidaklah masalah, sebab bagi kita yang terpenting, YESUS TUHAN sudah datang ke dalam dunia berkarya dan menyelamatkan kita yang percaya kepadaNYA. Tetapi data tentang kelahiran 25 Desember ini juga menjadi penting, dalam konteks “dialog- Tanya jawab” oleh orang berbeda iman.
Ini uraian dan paparan lainnya :
1) Apa yang diuraikan di atas sepertinya perlu diberi sedikit penjelasan untuk lebih melengkapi. Apa yang disampaikan di atas itu adalah menggunakan penjelasan dari Yohanes Chrysostom yang pada 386 M di Antokhia mendalilkan bahwa YESUS TUHAN lahir pada 25 Desember.
Cara menghitungnya adalah dengan mencermati bahwa pembuahan YESUS TUHAN terjadi ketika Elizabeth, ibu dari Yohanes Pembaptis, hamil pada bulan ke 6 (Lukas 1 : 10 - 13). Jika dianggap kehamilan dari Elizabeth terjadi pada Hari Raya Yom Kippur ketika Zakaria bertugas di bait ALLAH, yang jatuh pada bulan kesebelas kalender Ibrani, yakni pada bulan Ethanim atau Tishri (I Raja 8 : 2) atau bulan September-Oktober dalam kalender Julian, maka pembuahan YESUS TUHAN terjadi pada bulan Maret. Dengan demikian, 9 bulan setelah itu, yakni bulan Desember, YESUS TUHAN pun lahir.
Penjelasan dari Yohanes Chrysostom tadi menjadi salah satu dasar bagi umat Kristen untuk merayakan 25 Desember sebagai kelahiran KRISTUS. Demikian pula tahun kelahiranNYA dianggap sebagai awal tarikh Masehi. Walau demikian tahun dan tanggal kelahiran-NYA masih jadi persoalan. Satu hal pasti, tidak ada ada kepastian DIA telah lahir pada 25 Desember.
2) Sekitar tahun 200, Bapa Gereja, Clement, melaporkan orang Kristen di Mesir dan Palestina memperingati ulang tahun YESUS TUHAN pada tanggal 25 Pashun, yang sama dengan 20 Mei dalam penanggalan Gregorian-Julian sekarang. Tertullian, Bapa Gereja lain, melaporkan Gereja Kristen di Afrika Utara dan Timur Tengah, sekitar tahun 200 tidak merayakan kelahiran YESUS TUHAN.
Memang, pada awalnya, tidak semua gereja merayakan ulang tahun YESUS TUHAN. Bapa Gereja, Origenes dari Alexandria pada 245, menyebutkan “hanya orang kafir seperti Firaun dan Kaisar yang merayakan kelahirannya.”
Penetapan 25 Desember sebagai ulang tahun KRISTUS baru dimulai pada abad ke 4, ketika akibat pengaruh adat Romawi mulai merembes dalam gereja. Tanggal itu diyakini dalam adat Romawi sebagai titik balik matahari di musim dingin dan memiliki arti sakral buat para penyembah dewa matahari.
Naskah pertama yang melaporkan perayaan kelahiran YEUS KRISTUS pada 25 Desember adalah kronografi dari tahun 354 M, yang mencatat bahwa jemaat Kristen di Roma merayakan kelahiran YESUS TUHAN sebagai bagian dari pesta epifani, yang lazim dirayakan 6 Januari dalam kalender Julian.
Penyesuaian tanggal kelahiran YESUS TUHAN ini sebenarnya lebih memiliki tujuan politis, yakni memudahkan penyatuan pesta negara dan perayaan agama. Demikian pula penerapan tarikh tahun berdasar kelahiran YESUS TUHAN itu baru di mulai pada Pemerintah Bizantium abad ke 6.
3) YESUS KRISTUS, sebagai MESIAS, memang dinubuatkan secara sistematis dalam Alkitab, antara lain oleh Nabi Yesaya (YESAYA 7 : 13 - 15, 9 : 5 - 6) namun seperti halnya teks yang berasal dari Perjanjian Lama, selalu ada simbolisme, dan sosok MESIAS selalu disamarkan kehadiran-NYA – pada akhir zaman.
Astronom Jerman, Johannes Kepler bersama Isaac Newton mencari kelahiran YESUS berdasarkan 'bintang terang" yang menyinari kelahiran YESUS TUHAN.
Secara astronomis, bintang itu sebenarnya berupa pertemuan sinar dari planet Saturnus dan Yupiter di sekitar gugusan Pisces, yang terjadi sekali dalam beberapa ratus tahun. Secara astronomis, pertemuan kedua planet ini pernah terjadi 7 SM, pada tanggal 29 Mei, 29 September dan 4 Desember.
Maka boleh jadi orang majus adalah patokan dalam kisah Injil adalah para astronom (pengamat bintang) dari tanah Sumeria (sekarang ini Irak). Maklum, kebudayaan Babilonia yang maju di lembah Eufrat dan Tigris, sudah mengamati bintang sejak ribuan tahun. Barangkali sinar terang yang menyertai pertemuan Saturnus dan Yupiter inilah yang mendorong para astronom itu berangkat mencari tahu di mana MESIAS dilahirkan.
4) Perjalanan mereka menuju tanah Yudea baru dapat dilakukan awal September ketika musim dingin sudah berlalu dan jalur karavan (naik unta atau keledai) ke timur telah kembali dibuka. Dengan kecepatan perjalanan yang dimungkinkan saat itu, baru pada bulan Nopember mereka tiba di tujuannya.
Ketika sinar terang itu kembali muncul sekitar di awal Desember, para majus menemukan tempat YESUS TUHAN dilahirkan dengan cepat. Sebab cuaca saat itu belum menyusahkan karena musim gugur belum usai, sehingga seperti yang dikisahkan Injil, masih ditemui “gembala-gembala tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka di waktu malam.”
Jadi, dari data sejarah, banyak ahli tafsir Alkitab dapat meyakini KRISTUS diperkirakan lahir sekitar tahun 7 SM antara bulan Mei sampai Nopember.
5) Di luar masalah kehadiran SANG MESIAS yang telah dinubuatkan secara sistematis, sebenarnya kelahiran YESUS TUHAN itu tidak dapat dipastikan kapan. Perhitungan a'la Yohanes Chrysostom dipakai Gereja Katolik (Barat) untuk menandai penggabungan titik balik matahari yang lazim dirayakan orang Romawi dengan kehadiran YESUS TUHAN sebagai "terang dunia" ... Sama seperti pada abad ke 4 itu pula dilakukan sinkronisasi kalender Julian, dengan memakai "tahun kelahiran" dari YESUS TUHAN sebagai awal penarikhan Masehi.
Toh, tidak ada yang bisa memastikan YESUS TUHAN lahir pada tahun 0 Masehi dan pada 25 Desember. Justru berdasarkan informasi astronomis dan klimat-geografis diperoleh kesimpulan YESUS TUHAN lahir setidaknya pada masa Raja Herodes masih berkuasa (dia meninggal pada 4 SM) dan sekitar pertengahan tahun. Banyak argumen bisa dibangun dari sini.
Sikap gereja juga beragam, seperti gereja ortodoks timur merayakan kelahiran YESUS pada 6 Januari atau 14 Januari, sebagai hasil konkordansi antara kalender Julian (lama) dengan adaptasi baru terhadap kalender Gregorian.
Sikap gereja reformasi (protestan) juga beragam. Orang Puritan dari Inggris dan kaum Quacker, termasuk sekte Amish dari Eropa menolak merayakan kelahiran YESUS TUHAN pada 25 Desember karena dianggap merupakan tradisi kekafiran yang dilanjutkan kepausan Katolik.
Terlepas dari kapan kita merayakan kelahiran YESUS TUHAN, saya kira semua orang Kristen yang beriman pada YESUS TUHAN sepakat DIA telah lahir di dunia ini. Hal ini yang membuat iman kita berbeda dari orang lain yang percaya pada Isa tapi tidak beriman bahwa DIA adalah AlMASEH.
1) Permisi, ikutan sedikit berpendapat. Sebab diskusi ini berkembang terus dan mengarah kepada persoalan tafsir dan sejarah. Pertama, saya harus mengaku, bukan ahli sejarah dan bukan ahli tafsir, jadi pendapat saya murni apa yang saya ketahui dan yakini saja. Apa yang saya tulis di sini pun adalah salinan dari posting saya yang serupa di thread lain.
2) Penjelasan Pak David, tentang penetapan tanggal kelahiran Yesus Kristus sebenarnya menggunakan uraian dari seorang bapa gereja bernama Yohannes Chrysostom, yang pada tahun 386 di Antokhia mendalilkan Yesus lahir sebagai manusia pada 25 Desember (dalam system kalender Romawi versi Julian). Cara menghitungnya, seperti yang diuraikan oleh Pak David, kurang lebih menggunakan patokan bahwa pembuahan (conception) Yesus di dalam rahim Maria terjadi ketika Elizabeth, ibu dari Yohannes Pembaptis, tengah hamil pada bulan ke 6 (Lukas 1:10-13). Jika kehamilan dari Elizabeth terjadi pada Hari Raya Yom Kippur (Imamat 16:29) ketika Zakaria bertugas di Bait Allah dan ditetapkan memberi persembahan di ruang mahasuci, yang dalam kalender Ibrani jatuh pada bulan kesebelas, yakni bulan Ethanim atau Tishri (I Raja 8:2) maka diyakini pembuahan Yesus terjadi 6 bulan sesudahnya hari raya itu, yakni pada bulan Nisan. Bila dirunut, maka kelahiran Yesus mestinya jatuh 9 bulan setelah itu, yakni sekitar bulan Kislew atau Tebet. Secara logika perhitungan cukup baik, namun perlu diperhatikan mulai perhitungan tahun antara kalender Ibrani dan kalender Romawi versi Julian adalah BERBEDA. Bulan pertama di kalender Ibrani adalah sekitar Maret (dalam padanan kalender Romawi versi Julian), sehingga kelahiran Yesus dimulai dari penciptaan (conception) di Maret termasuk +9 bulan akan jatuh pada bulan Kislew = Nopember (dalam hitungan kalender Romawi yang dianut versi Gregorian).
3) Kebetulan, kalender Ibrani dan kalender Romawi versi Julian sama-sama menggunakan matahari sebagai pangkal perhitungan waktu (solar system). Sehingga, tak salah jika Yohannes Chrysostom lalu menyalin bulan-bulan dalam kalender Ibrani tadi dan memadankannya dengan bulan-bulan dalam kalender Romawi (atau juga disebut kalender Julian). Namun, sekali lagi pengurutan bulannya TIDAK SAMA. Saya lebih suka mengatakan TIDAK ADA kepastian yang bersifat matematis bahwa Yesus Kristus lahir pada 25 Desember. Yesus Kristus, menurut keyakinan saya dilahirkan sebelum musim dingin, sekitar bulan Kislew, atau 9 bulan setelah Nisan, kemungkinan besar pada bulan Nopember.
4) Sekitar tahun 200, salah seorang Bapa Gereja bernama Clement, melaporkan orang Kristen di Mesir dan Palestina memperingati ulang tahun Yesus Kristus pada tanggal 25 Pashun, yang kurang lebih sama dengan tanggal 20 Mei dalam penanggalan Romawi versi Julian. Sementara itu, seorang Bapa Gereja lain bernama Tertulianus melaporkan gereja di Afrika Utara dan Timur Tengah pada masa itu TIDAK MERAYAKAN ulang tahun kelahiran Yesus Kristus. Artinya, pada awalnya TIDAK SEMUA gereja merayakan ulang tahun Yesus Kristus. Bahkan Bapa Gereja bernama Origenes dari Alexandria pada 245 menyebutkan bahwa «hanya orang kafir seperti Firaun dan Kaisar yang merayakan kelahirannya».
5) Penetapan 25 Desember sebagai ulang tahun Yesus Kristus baru dimulai pada abad ke 4 ketika PENGARUH ADAT orang Romawi mulai merembes masuk dalam gereja. Dalam tradisi orang Romawi, tanggal 25 Desember dirayakan sebagai sol invictus, atau titik balik matahari di musim dingin dan memiliki arti sacral buat mereka yang memuja matahari. Naskah pertama yang melaporkan perayaan ulang tahun (kelahiran) Yesus Kristus pada 25 Desember adalah kronografi dari tahun 354 yang mencatat jemaat Kristen di Roma merayakan kelahiran Yesus sebagai bagian dari pesta epifani, yang lazim dirayakan pada 6 Januari dalam kalender Romawi berbasis Julian. Penyesuaian tanggal kelahiran Yesus ini sebenarnya lebih memiliki TUJUAN POLITIS, yakni memudahkan penerimaan kekristenan, sekaligus menyatukan pesta negara dengan perayaan keagamaan.
6) Yesus Kristus sebagai Mesias, memang dinubuatkan secara sistematis dalam Alkitab, antara lain oleh Nabi Yesaya (7:13, 9:5-6) namun seperti halnya teks yang berasal dari Perjanjian Lama, selalu ada simbolisme dan sosok Mesias selalu disamarkan kehadiran-Nya seakan-akan menitis pada «akhir zaman». Beberapa astronom dan ahli matematika mencoba mencari tanggal kelahiran Yesus Kristus secara lebih absolut, dibandingkan dengan cara menghitung yang mengandalkan penanggalan Ibrani dan Romawi versi Julian. Selain Johannes Kepler (ahli astronom dari Jerman) juga Isaac Newton (ahli matematika Inggris). Beberapa pendekatan dari mereka dalam mencari tahu kelahiran Yesus Kristus bisa dipergunakan bagi kita saat ini untuk mengetahui kapan Mesias itu sebenarnya dilahirkan. Johannes Kepler dan Isaac Newton mendasarkan pencarian mereka pada fenomena «bintang terang» yang dikatakan menyinari Palestina semasa kelahiran Yesus Kristus.
7) Secara astronomis diketahui «bintang terang» tadi adalah peristiwa konyugasi (pertemuan sinar) dari planet Saturnus dan Yupiter di sekitar gugusan (rasi) bintang Pisces yang terjadi secara teratur beberapa ratus tahun sekali. Secara matematis-astronomis dapat diketahui, pertemuan kedua planet ini yang menghasilkan «sinar terang» terjadi antara lain pada tahun 7 SM, pada tanggal 29 Mei, 29 September dan 4 Desember. Ini adalah tahun «terdekat» dengan estimasi kelahiran Yesus Kristus. Maka dalam hal ini, boleh menjadi patokan adalah kisah dalam Injil, mengenai para bijak dari timur, atau para astronom (pengamat bintang) dari Sumeria (sekarang Irak) yang mendatangi bayi Yesus di palungan. Harap dimaklumi, kebudayaan Babilonia terhitung maju di lembah Sungai Eufrat dan Tigris, dan mereka sudah mengamati bintang sejak ribuan tahun sebagai sebuah ilmu. Barangkali, «sinar terang» inilah yang menuntun para astronom tadi berangkat dari Sumeria, menuju Palestina, mencari di mana Sang Mesias dilahirkan. Jika «bintang terang» ini muncul pada 29 Mei, maka perjalanan mereka ke Palestina (Yudea) dilakukan setidaknya mulai September dan harus segera dilakukan sebelum musim dingin. Mempertimbangkan kecepatan keledai dan unta, serta kondisi jalur karavan, maka dianggap wajar jika mereka pada awal Desember tahun itu pula sudah ada di Betlehem, serta berjumpa dengan bayi Yesus Kristus. Hal ini diperkuat dengan keterangan bahwa «gembala-gembala tinggal di padang menjaga kawanan ternak di waktu malam». Pada awal Desember, Palestina sudah memasuki musim dingin. Jadi pertemuan antara orang majus dengan bayi Yesus bisa terjadi di kisaran 29 September sampai setidaknya 4 Desember.
8) Jadi, asumsi saya kelahiran Yesus Kristus adalah di bulan Kislew dalam kalender Ibrani, setidaknya sebelum musim dingin, di kisaran Nopember masih masuk akal ... paling tidak dalam kisaran 29 September sampai setidaknya 4 Desember.
9) Kelahiran Yesus Kristus – sang Mesias – memang peristiwa yang menarik untuk dibicarakan. Di luar kehadiran-Nya yang dinubuatkan secara sistematis, sebenarnya kehadiran-Nya ke dunia memiliki makna yang melampaui pengertian kalender. Tanggal itu sesuatu yang sangat relatif, sebab baik kalender Ibrani dengan kalender Romawi, tidak berpadanan dengan baik, antara lain karena ada konversi beberapa kali terhadap kalender Romawi, baik di bawah Julius Caesar (sehingga disebut kalender versi Julian) hingga kalender yang disinkronisasi kepausan barat (sehingga disebut kalender Gregorian). Gereja klasik, sebelum perpecahan (schism) pertama, menginterpretasikan kelahiran Kristus secara beragam. Ada yang merayakan ada yang tidak. Setidaknya, ada beberapa informasi penting yang kita ketahui: Dia dilahirkan sekitar abad ke 7 SM, paling tidak saat Herodes Agung (meninggal pada 4 SM) masih memerintah, di tengah-tengah penindasan dan kemiskinan di Palestina. Dia dilahirkan di Betlehem, yang saat itu sebuah kota pinggiran, yang saat itu merupakan sebuah kota yang revolusioner karena keturunan Daud yang anti-kolonialisme bertahan di sana (bar-kobha revolution). Dia dilahirkan tidak di dalam rumah, namun di padang rumput, sebelum musim dingin, sehingga «para gembala di padang» adalah orang-orang pertama yang memberi hormat, bukan para raja dan penguasa. Setelah lahir, menjelang musim dingin Dia dan orangtua-Nya bermukim di sebuah gua tempat gembala menitipkan ternaknya, di sanalah para ahli astronom yang disebut para majus, datang memberi hormat. Mereka berjalan ribuan kilometer selama beberapa minggu lebih, untuk menemui Dia. Para astronom ini menurut paham keagamaan Yahudi adalah «orang kafir» sebab, kemungkinan besar mereka ada imam dan ilmuwan Zoroaster ... alias para penyembah api, sehingga disebut majuzi. Yesus yang dilahirkan dua ribu tahun silam, memang tokoh REVOLUSIONER hingga sampai sekarang pun masih banyak yang tak percaya Dia adalah Mesias.
Penjelasan ringkas lainnya-
(dikutip dari Bambang Noorsena, "Benarkah Al-Masih lahir pada tanggal 25 Desember ?")
Dokumen Gereja pertama kali yang mencatat penetapan tanggal kelahiran Al-Masih, adalah Didascalia atau Konstitusi Rasuli (Arab: Dastur Rasuliy) yang berbunyi:
“Saudara-saudaraku, peliharalah perayaan untuk kelahiranNya (Natal) pada tanggal 25 bulan ke-9 Ibrani, yaitu tanggal 29 bulan ke-4 Mesir”
[1]. Injil Lukas 1 : 26 mencatat, bahwa berita Malaikat Jibril akan lahirnya Yesus, terjadi pada bulan ke-6. Dalam kalender Ibrani, ada 2 macam perhitungan: Pertama, Kalender perayaan keagamaan (the Sacred calendar), yang ditetapkan sejak Bani Israel kembali dari pembuangan di Babel, dan mulai dari bulan Nisan (kira-kira April). Kedua, Kalender sipil (the Civil calendar) yang diawali dari bulan Tisyri atau Etanaim (Kira-kira bulan Oktober)
[2]. Bulan ke-6 dalam kalender sipil Ibrani adalah Adar, kira-kira jatuh pada bulan Maret. Jadi, menurut hitungan gereja waktu itu, Malaikat Jibril datang kepada Maryam pada hari ke-25 bulan Maret yang paralel dengan minggu ke II dlm bulan Adar2/Nisan (Lihat Kalender Ibrani). Itulah ‘Id Bisyarat al-Adzra’ (Maryam menerima Kabar Gembira)
[3]. Karena itu kemudian kelahiran Yesus jatuh pada hari ke-25 bulan Ibrani Tebeth (Kanun al-Awwal), kira-kira 25 Desember. Dalam teks liturgis disebut hari Natal (atau ‘Id al-Milad). Hitungan ini ternyata cocok dengan terjadi konjungsi planet Jupiter dan Saturnus, yang terjadi bulan Desember tahun 7 sebelum Masehi.
Pohon natal,apa memang diharuskan dipasang ditiap rumah warga kristen yg merayakan...?
Sedikit berbagi informasi, semoga berkenan:
Memasang pohon natal dari cemara yang dihiasi lampu dan pernak-pernik adalah tradisi dalam kekristenan dari Eropa. Beberapa sumber sejarah, mencatat tradisi ini dimulai di Jerman bagian utara pada abad ke 15.
Tujuan dari pemasangan pohon natal ini bisa ditafsirkan bermacam-macam, seperti berbagi kesukaan, pertanda dari datang sang «terang» atau perlambang dari iman yang bersemi (dilambangkan pohon berdaun hijau di musim dingin).
Walau demikian, tidak semua orang Kristen menganggap pohon natal ini penting. Kekristenan ortodoks timur misalnya, tidak memasang pohon natal, lantaran perkembangan dari aliran kekristenan ini ada di timur tengah yang notabene jauh dari cemara dan salju.
Pendapat lain bahkan meninjau tradisi pohon terang ini secara lebih kritis. Suku Anglo-Germania di Eropa pada abad pertama Masehi memiliki tradisi «pemujaan» pada kekuatan alam, yang dinyatakan antara lain dengan menghias pohon cemara laiknya pohon terang a'la orang Kristen zaman sekarang! Jadi, mungkin saja tradisi ini bukan murni «budaya» kristiani.
Bagaimana sikap kita sebagai umat Kristen di Jawa terhadap pemasangan pohon terang? Itu semua dapat dikembalikan pada tujuan dan keyakinan kita. Sebab, apapun yang dilakukan kiranya bertujuan untuk memuliakan Dia ...
Ada pendeta kita yang mengganti pohon cemara dengan pohon pisang misalnya ... yah tergantung intepretasi masing-masing.
Demikian salah satu pendapat, semoga berkenan.
Penjelasan di penghujung tahun 2019 :
Katolik Menjawab:
PENETAPAN NATAL 25 DESEMBER BUKAN DARI PERAYAAN KAUM PAGAN
Oleh : Romo RP Jufri Kano, CICM
Deddy Corbuzier membuat postingan yang kontroversial di akun instagramnya beberapa waktu yang lalu.
Gereja Katolik, setidaknya sejak abad ke-2, telah meyakini bahwa Kristus lahir pada tanggal 25 Desember. Namun, sejumlah orang membuat teori yang seolah-olah ingin menunjukkan bahwa hari raya Natal berasal dari kebiasaan kafir.
Teori itu muncul karena mereka menghubungkan peringatan kelahiran Yesus yang jatuh pada tanggal 25 Desember itu dengan perayaan dewa Sol Invictus (dewa matahari kerajaan Romawi). Padahal, penghormatan kepada dewa Sol Invictus di kerajaan Romawi baru dimulai pada tahun 274 AD; sedangkan penghormatan umat Kristen kepada Kristus, Sang Terang Dunia (Yoh. 9:5), sudah ada lebih dulu daripada penghormatan kepada dewa Sol Invictus itu.
Tradisi perayaan pada tanggal 25 Desember tidak ada dalam kalender Romawi sampai setelah Roma menjadi negara Kristen. Bukti prasasti di zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa perayaan dewa Sol Invictus itu jatuh pada tanggal 19 Desember. Prasasti tersebut juga menyebutkan bahwa persembahan kepada Sol Invictus itu dilakukan pada tanggal 18 November. Jadi, bukti ini sendiri menunjukkan adanya variasi tanggal perayaan Sol Invictus, dan juga bahwa perayaannya tersebut baru marak dilakukan pada abad ke-4 dan ke-5, jauh setelah zaman Kristus dan para Rasul.
Tanggal 25 Desember baru menjadi hari ‘Kelahiran Matahari yang tak terkalahkan’ sejak pemerintahan kaisar Julian yang murtad. Kaisar Julian pernah menjadi Kristen, tetapi telah murtad dan kembali ke paganisme Romawi. Sejarah menyatakan bahwa Kaisar Julian itulah yang menentukan hari libur pagan tanggal 25 Desember. Dengan demikian, pandangan yang lebih logis adalah bahwa kaisar ‘mengadopsi’ perayaan Natal 25 Desember sebagai perayaan dewa matahari-nya, dan bukan sebaliknya, umat Kristen yang mengadopsi perayaan itu dari mereka.
Lantas, bagaimana umat Kristiani menentukan tanggal dan bulan kelahiran Yesus? Menurut St. Yohanes Krisostomus, tanggal kelahiran Yesus dihitung dari kelahiran Yohanes Pembaptis.
St. Lukas, dalam Injil yang ditulisnya, mengatakan bahwa pada suatu saat Zakaria dari ‘rombongan Abia’ melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan (Luk. 1:5). Keturunan Harun dibagi ke dalam dua puluh empat rombongan (1 Taw. 24). Dua puluh empat rombongan itu bertugas untuk menyelenggarakan ibadah dalam suatu rotasi sepanjang tahun. Setiap rombongan imam melayani satu minggu di bait Allah, dua kali setahun. Rombongan Abia melayani di giliran ke-8 dan ke-32 dalam siklus tahunan.
Namun bagaimana siklus dimulai? Josef Heinrich Friedlieb dengan sangat yakin mengatakan bahwa rombongan imam pertama, Yoyarib, bertugas sepanjang waktu penghancuran Yerusalem pada hari ke-9 pada bulan Yahudi yang disebut bulan Av ((Josef Heinrich Friedlieb’s Leben J. Christi des Erlösers. Münster, 1887, p. 312.)). Maka, masa rombongan imamat Abia (yaitu masa Zakaria bertugas) melayani adalah minggu kedua bulan Yahudi yang disebut Tishri, yaitu minggu yang bertepatan dengan the Day of Atonement, hari ke-10. Di kalender kita, the Day of Atonement dapat jatuh di hari apa saja dari tanggal 22 September sampai dengan 8 Oktober.
Dikatakan dalam Injil Lukas bahwa Elisabet mengandung beberapa saat setelah masa pelayanan Zakaria (lih. Luk. 1:24). Maka, konsepsi St. Yohanes Pembaptis dapat terjadi sekitar akhir September, sehingga perhitungan empat puluh minggu setelahnya, menempatkan kelahiran Yohanes Pembaptis di akhir Juni, meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes Pembaptis tanggal 24 Juni.
Selanjutnya dikatakan bahwa sesaat setelah Perawan Maria mengandung Kristus, ia pergi untuk mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung di bulan yang ke-6. Artinya, umur Yohanes Pembaptis 6 bulan lebih tua daripada Yesus Kristus (lih. Luk. 1:24-27, 36). Jika 6 bulan ditambahkan kepada 24 Juni maka diperoleh 24-25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus. Jika tanggal 25 Desember dikurangi 9 bulan, diperoleh hari peringatan Kabar Gembira (Annunciation) yaitu tanggal 25 Maret. Jika Yohanes Pembaptis dikandung segera setelah the Day of Atonement, maka tepatlah penanggalan Gereja Katolik, yaitu bahwa kelahiran Yesus jatuh sekitar tanggal 25 Desember.
Selain itu, Tradisi Suci juga meneguhkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus. Sumber dari Tradisi tersebut adalah kesaksian Bunda Maria sendiri. Sebagai ibu tentu Maria mengetahui dengan rinci tentang kelahiran anaknya [dan ini yang diteruskan oleh para rasul dan para penerus mereka]. Bunda Maria pasti mengingat secara detail kelahiran Yesus ini yang begitu istimewa, yang dikandung tidak dari benih laki-laki, yang kelahirannya diwartakan oleh para malaikat, lahir secara mukjizat dan dikunjungi oleh para majus.
Sebagaimana umum bahwa orang bertanya kepada orangtua yang membawa bayi akan umur bayinya, demikian juga orang saat itu akan bertanya, “Berapa umur anakmu?” kepada Bunda Maria. Maka, tanggal kelahiran Yesus 25 Desember (24 Desember tengah malam), sudah diketahui sejak abad pertama. Para Rasul pasti menanyakan tentang hal ini sehingga baik St. Matius maupun St. Lukas mencatatnya bagi kita. Singkatnya, adalah sesuatu yang masuk akal jika para jemaat perdana telah mengetahui dan merayakan kelahiran Yesus, dengan mengambil sumber keterangan dari ibu-Nya.
Sumber:
https://www.catholic.com/magazine/online-edition/refuting-the-pagan-roots-of-christmas-claim
http://www.katolisitas.org/apakah-yesus-lahir-tanggal-25-desember/
https://www.catholic.com/magazine/online-edition/why-december-25
https://jalapress.com/katolik-menjawab-penetapan-natal-25-desember-bukan-dari-perayaan-kaum-pagan/