Senin, 13 April 2015

TERPANGGIL UNTUK MENJADI PENGIKUT YESUS KRISTUS


Diantara kita  
Maret 2015

Salam.... Saya sekeluarga mendoakan agar TUHAN YESUS menolong dan memberkati jalannya operasi besok. Rencananya Ia ...akan menjengukmu sepulang kuliah nanti. Kalau ketemuan nanti bolehlah sharing/ tanya soal persekutuan doa yang diikuti nya pada hari Selasa atau Sabtu. Itu berkaitan dengan masalah hidup dan rencana kehidupan. (Ia saya anggap sangat taat kepada TY dan mempercayai karya ROH KUDUS). Kaitkan juga dengan benjolan ibunya sebelah kanan yang telah TY sembuhkan. Kiranya semuanya menguatkanmu dan bila ada rencana yang dimintakan kepada TY sekiranya kalian berdua ada ikut di dalam persekutuan doa di atas dalam sisa waktumu selama berada di Malang... baru tadi pagi baca blogmu.


Kesaksian hidup kita


Kiriman  artikel kesaksian pribadi
23 Mei 2010 jam 20:06

APA  YANG  SALAH
 APABILA  AKU  MENJADI  PENGIKUT  KRISTUS

                            “Menjadi Kristen, apa yang salah ?”. Itu adalah pergumulan selama ini di dalam hidupku. Di Negara Indonesia- di bumi Pancasila yang mana ada kebebasan beragama dijamin oleh negara melalui Undang Undang Dasar 1945, seringkali saya merasa diperlakukan aneh karena memeluk agama Kristen. Bagaimana tidak?

                             Pertama kali saya diangkat menjadi guru, di saat usia saya masih muda.Dalam pergaulan sosial saya; Ada teman yang menanyakan : “Bagaimana saya bisa menjadi seorang Kristen, padahal saudara-saudara saya beragama 'lain'”. Perlu saya jelaskan di sini bahwa dalam keluarga besar saya ada terdiri dari 3 orang saudara lelaki dan 2 adik perempuan kesemuanya beragama 'lain'. Sedangkan 2 kakak perempuan seiman dengan saya .

                              Ada satu hal yang tidak diketahui orang lain tentang saya. Saya dilahirkan di rumah sakit Kristen. Saya belajar mengaji sampai kelas 3 Sekolah Dasar. Sayapun ikut  ‘tibaan’ yang dilaksanakan pada hari tertentu. Dan sayapun mengikuti kegiatan mengaji secara bergiliran di rumah-rumah tetangga yang dipimpin oleh seorang guru mengaji. Tetapi setiap kali pulang mengaji, kadang kala bahkan sering kali saya menangis di belakang pintu rumah, merasa ketakutan . Dan ada perasaan takut kalau meninggal bagaimana … nanti saya  akan diperlakukan sesuai dengan ajaran yang saya anut waktu itu , menurut saya sangat mengerikan dari apa yang saya pikirkan saat itu.

                              Ketika hal ini saya ceritakan. Sebagai alasan mengapa saya pindah memeluk agama Kristen. Guru agama saya di sekolah menjadi penasaran mengapa saya memilih beragama Kristen, Ia menyebutkan itu adalah kesalahan guru mengaji saya. Tetapi bagi saya itu adalah jalan Tuhan. Bagi kedua orangtua saya waktu itu …juga tidak keberatan, juga ketika kemudian saya diajak oleh tetangga untuk beribadat ke gereja, orang tua saya mengijinkan. Padahal kedua orangtua saya itu non Kristen, dan di keluarga orang tua saya yang biasa pergi beribadah ke gereja dengan saya adalah kedua kakak saya seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya. Hanya saja, salah satu  kakak perempuan saya lebih memilih mengikuti suaminya menjadi beragama Islam. Sedang kakak perempuan saya lainnya, mendapatkan jodoh seorang penatua gereja. Berbeda dengan kehidupan pernikahan saya saat ini. Tetapi sayang sekarang kakak saya tersebut telah dipanggil menghadap TUHAN  YESUS.

                               Bapak saya seorang nasionalis, seorang yang sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama, dan sikap ini didukung oleh ibu. Bapak saya mengajarkan dan berpesan : “Kalau memilih beragama Kristen, lakukanlah ‘segala sesuatunya’ dengan sepenuh hati”.

                               Saya sudah beberapa kali pindah gereja. Sampai sekali waktu, ketika saya duduk di kelas 2 SPG( Sekolah Pendidikan Guru) bahkan pernah hampir setahun saya tidak pernah ke gereja. Dan pada suatu hari saya jatuh sakit, saya sakit panas dan tidak dapat menelan makanan. Ibu saya dengan sabar menyuapkan bubur encer. Maka ketika tubuh saya menjadi sangat lemah sebab telah memasuki hari kesepuluh atau hampir dua minggu saya menderita sakit …dimana saya juga tidak bisa masuk sekolah.

                               Saya bermimpi : Melihat suatu tempat yang lapang , bersih dan teduh. Kalau dapat digambarkan itu semuanya seperti gambaran planet tanpa penghuni. Tidak ada siapa - siapa di sana. Di sana ada tangga lebar yang menuju ke atas. Tempat di ujung bagian atas tangga itu nampak sangat terang benderang. Dan nampak pula ada 2 orang berjalan ditangga itu. Satu memakai jubah yang cemerlang dan satu lagi mengenakan jubah yang tidak terlalu cemerlang.  Yang tidak terlalu cemerlang berjalan di belakang yang memakai jubah yang cemerlang. Saya menoleh kanan kiri, dan tak nampak seorangpun ada di sekitar tempat tersebut. Kedua orang yang berjalan di tangga itu sepertinya tidak menyadari kehadiran saya. Karena saya merasa bingung, maka dengan sikap berdoa, saya berjongkok, dan berseru : ” YESUS tolonglah saya”. Dan, salah seorang dari yang berjalan di tangga yaitu yang mengenakan jubah tidak terlalu cemerlang, kembali turun untuk mendekati saya, kemudian menyentuh pundak saya. saya dibuatnya ‘geragapan’. Oleh sebab hal itu, yang telah membuat saya terjaga dari tidur atau mimpi saya. “YESUSkah itu ?”, kata saya waktu itu.  Yang jelas bagi saya waktu itu setelah mengalami mimpi  …  saya menjadi sembuh dan bisa kembali bersekolah. Ketika saya ceritakan semua mimpi ini kepada ibu, beliau menyarankan kepada saya untuk kembali rajin ke gereja. Dan, sayapun menuruti nasehat ibu

                             Pengalaman lain adalah ketika suami saya membeli rumah di desa. Kami harus pindah ke sana dengan dua anak kami. Masyarakat yang baru kami kenal, asing melihat perbedaan keyakinan kami. Kebetulan Tuhan memang memberikan jodoh tidak seiman untuk saya. Tetangga saya bertanya , kenapa suami saya mau memilih saya, padahal Kristen ?.  Bahkan dua keponakan saya yang ikut tinggal di rumah juga mendapat diskriminasi dari gurunya, karena dikira seorang Kristen. Untuk masalah seperti ini biasanya saya sendirilah yang datang ke sekolah untuk menemui guru tersebut. Memberikan penjelasan kalau keponakan saya ini tidak seiman dengan saya. Ada juga tetangga saya yang mempunyai toko, tempat kami biasa membeli beberapa keperluan sehari-hari. Rupanya ia merasa perlu bertanya dengan nada mengejek : Kenapa anak saya menjadi Kristen, padahal bapaknya non Kristen. Karena berulang-ulang itu terjadi, anak saya merasa terganggu juga. Maka, sekali lagi saya mendatangi tetangga yang telah mengganggu kami dan saya berusaha menjelaskan untuk supaya ia tidak usah ikut mengatur kehidupan kami.

                             Tentang hal lain berkaitan dengan  anak kedua saya memiliki pengalaman yang juga tidak menyenangkan. Sewaktu menjadi mahasiswa di tingkat akhir di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di kotaku, dia baik baik saja. Banyak teman yang mendukung aktivitasnya dalam kelompok. Juga ketika mengikuti praktek lapangan, sesuai jurusannya dia ditempatkan di sebuah proyek pembangunan Bank Swasta. Di proyek itu anak saya harus berkomunikasi dengan pengawas lapangan. Awal perkenalan dengan pengawas lapangan ini berjalan sangat baik. Dalam artian, selain ramah beliaunya penuh perhatian. Sehingga sangat membantu setiap penyelesaian tugas anak saya sebagai mahasiswa yang berpraktek . Misalnya di dalam memberikan tugas kepada anak saya …dengan nada halus dan familier ia lakukan. Ini membuat rasa percaya diri anak saya bertumbuh untuk dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikannya. Jika bertanya mengenai sesutu masalah yang kurang dimengerti, jawabannya juga diberikan dengan sabar dan seringkali diselingi dengan nada humor. Pokoknya, suasana kerja saat itu sangat kondusif, sehingga komunikasi juga berjalan lancar. Di proyek ini …juga ada mahasiswa PKL dari Perguruan Tinggi lain dan jurusan yang berbeda pula. Proses sosialisasi berlansung sangat penuh kekeluargaan. Tetapi memasuki bulan kedua, tugas dan konsultasi itu sudah menjadi ‘makanan’ sehari hari. Hanya di waktu senggang saja, anak saya mulai ditanya beberapa hal yang bersifat pribadi. Mengenai tempat tinggal, pekerjaan orang tua, jumlah saudara , dan hal lain-lain yang bisa menjadikannya lebih saling kenal. Disinilah mulai agak rinci ia bertanya segala sesuatunya. Masalahnya baru muncul, ketika pengawas lapangan itu mengetahui kalau ternyata anak saya beragama Kristen. Pertanyaan klasik yang muncul adalah mengapaanak saya memilih agama Kristen ?

                            Yang membuat sakit hati anak saya sampai-sampai enggan untuk mengingatnya kembali yaitu, sikap pengawas lapangan yang  berubah 180 derajat. Setelah mengetahui kalau anak saya beragama Kristen. Ia sangat meremehkan. Dan perlakuan yang diterima anak saya sungguh tidak ingin diingat-ingat lagi. Contoh : apabila memberikan tugas sekarang selalu dengan sikap yang kasar. Saat mengadakan konsultasi , beliau menjawab dengan nada tinggi , kalau boleh disebut dengan kata membentak. Pokoknya tak pernah ada lagi nada lembut atau humor. Bahkan sepertinya ia enggan bertemu dengan anak saya. Padahal anak saya masih sangat butuh konsultasi dan tandatangan daftar hadir, serta beberapa hal yang berhubungan dengan tugas PKL nya. Inikah salib yang harus dipikul pengikut Kristus ?

                         Cerita lain lagi, yang tergolong baru terjadi beberapa waktu ini: Setiap pagi sebelum turun dari tempat tidur ….yang aku lakukan adalah berdoa dan membuka Pancaran Air Hidup. Dari situ aku mulai membaca alkitab, kemudian merenungkannya. Pagi itu hari Senin tanggal 5 April 2010 tertulis kalimat : Salam Bagimu ! .Sumbernya dari Matius 28: 8 – 15. Sebenarnya perasaan saya waktu biasa saja , saya hanya mencoba memasukkan tulisan dari kalimat : Salam Bagimu ! itu dalam gambaran nyata kehidupan saya. Biasa untuk mendapatkan inspirasi.
                                                  
                            Berbicara tentang keluarga, tak ada yang kurang. Suami yang bersifat sabar dan penuh perhatian, juga memiliki anak anak yang diberkati dengan kepandaian dan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, dan memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup. Sayangnya, saya sering merasa tidak layak menerima belas kasihan TUHAN . Karena terlalu banyak. Justru ketika melihat orang lain yang tidak seberuntung saya. Itulah sebabnya, ucapan terimakasih kepada TUHAN saja tidaklah cukup. Biasanya saya membantu mereka yang tidak beruntung dalam kesehatannya dengan melakukan perkunjungan  ketika ia sakit. Orang yang tidak beruntung dalam pekerjaan tetapi mempunyai anak yang pintar, saya membantunya dengan dana. Saya memiliki prinsip dan setuju dengan apa yang dilakukan oleh Ibu Theresia dari Calcuta. Mungkin ketika kita berbuat baik, orang menganggap kita memiliki pamrih.Tetapi bagaimanapun tetaplah berbuat baik, hal seperti itu selalu saya katakan juga kepada diri saya pribadi.

                              Di dalam mengalami peristiwa ini …..tubuh saya rasanya tidak bertulang, lemas. Inikah yang dimaksud : salam dari Tuhan itu ? 
                             
                              Namun sepanjang perjalanan pulang saya berdoa, terimakasih TUHAN, karena telah menyapaku dengan kalimat : salam bagimu !

                              Menuangkan tulisan inipun sangat riskan bagi saya. Kalau saya ceritakan : hubungan saya dengan mereka relatif baik, maksudnya di depan saya sikapnya lembut. Tetapi sikap dan perkataan mereka di belakang saya atau terhadap keyakinan saya seperti itu. Maka artikel kesakasian saya ini …kami tuliskan dan kami kirimkan dalam rangka kegiatan Bulan Kesaksian dan Pelayanan di  gereja saya tanpa menuliskan identitas saya. Kiranya TUHAN  YESUS memberkati kita semua …..











Kiriman  artikel kesaksian pribadi
19 Mei 2010

TERPANGGIL  UNTUK  MENJADI  PENGIKUT  YESUS  KRISTUS


Di dalam bulan Kesakasian dan Pelayanan (KESPEL) tahun 2010 ini tergeraklah hatiku untuk mempersembahkan sebuah tulisan berupa kesaksian pribadi dari pengalaman hidupku

Aku adalah anak ke-7 dari 11 bersaudara dan satu-satunya anak yang yang terpanggil menjadi pengikut YESUS  KRISTUS. Inilah awal mula dari kisah kehidupanku yang dimulai dan yang akan menjadi materi kesaksianku saat ini

Pada waktu aku masih duduk di kelas 4 di SD Negeri Lowokwaru I Malang, aku duduk sebangku dengan tema yang beragama Kristen anggota dari GKJW  Jemaat Malang atau ‘Pasamuan Talun Malang’. Temanku itu pada setiap hari Jumat selalu memabawa Alkitab ke sekolah. Aku bertanya kepadanya: “ Kitab apakah itu Tut ( nama temanku Tutik) ?. Dia menjawab : “Ini Alkitab namanya, kitab sucinya orang Kristen”. Aku bertanya lagi : “Bolehkah aku melihatnya ?”. Dia menjawab : “Oh boleh saja, ini silahkan !” Lalu aku terima kitab itu dan mulailah sebentar aku membaca dan kemudian aku kembalikan sebab keburu bel pulang. Temanku Tutik menawarkan- Alkitab itu boleh dipinjam dibawa pulang, asal besok pagi dibawa ke sekolah karena besok hari Minggu akan dia bawa ke gereja. Aku terima kitab itu dan pada soreharinya aku baca isi Alkitab itu ternyata aku senang sekali mebacanya… dan tidak mau berhenti membacanya sampai malam. Aku beri tanda pembatas buku tepat pada bagian akhir yang telah aku baca. Sabtu pagi aku kembalikan Alkitab itu. Sejak aku sering membaca Alkitab yang aku pinjam itu…aku jadi sering bertanya kepada temanku tentang hal-hal kekeristenan. Dan temanku sebisa-bisanya menjawabnya dengan sabar dan jelas.

Suatu ketika aku penasaran … aku ingin ikut kebaktian anak-anak di rimahnya. Itulah pertama kalinya aku mengikuti kebaktian….aku mearasa senang sekali dan ingin ikut lagi dan ikut lagi. Pada awalnya orang tua dan saudara-saudaraku tidak tahu kalau aku setiap Minggu selalu mengikuti kebaktian di rumah temanku itu. ‘Malahan’ yang tahu terlebih dahulu adalah tetangga depan rumahku dan ia melaporkan kepada orang tuaku….sepulang kebaktian aku dimarahi dan dihajar oleh orang tuaku. Selanjutnya apa yang aku lakukan ….aku tidak lagi ikut kebaktian setiap Minggu tetapi 2 Minggu sekali aku ikut kebaktian itu. Kegiatan ‘kebaktian’ ini rutin aku ikuti sampai aku naik kelas 6.

Setelah lulus dari SD aku mendaftar ke SMP Kristen 1 di jalan Semeru 42 Malang. Nah, di SMP Kristen 1 inilah aku mendapatkan pelajaran agama Kristen dengan baik dan tekun aku ikuti sehingga bertambah mantap dibenakku… selama 3 tahun aku mempelajari Agama Kristen semakin bertambah kuat keinginan untuk mengikut YESUS  KRISTUS  dan menjadikan YESUS  KRISTUS sebagai JURUS  SELAMATku.










Percaya kepada TUHAN  YESUS
Kiriman : Ningdyah KRW 6



Ningdyah percaya kepada TUHAN  ALLAH dan TUHAN  YESUS. Ningdyah jam 12 atau jam 2 malam iya sembahyang minta dengan TUHAN  YESUS perlindungan, rejeki, kesehatan, kekuatan kesabaran dan lain-lainnya. Ningdyah sekeluarga tidak ada halangan apa-apa iya itu Ningdyah minta TUHAN  ALLAH dengan TUHAN  YESUS biar dilindungiiaya dengan Moloekat dan lain-lainnya 









Tuhan Selalu menyertai kami sekeluarga
 Kiriman : T Wahyudi

          Didalam hidup ini tidak ada seorangpun yang terlepas dari problema, ancaman dan tantangan dari berbagai hal. Seolah-olah hidup kita sudah dikepung oleh banyak persoalan, seperti yang pernah kami alami dimana kami pernah mendapat tantangan yaitu berupa musibah seperti dibawah ini.
          Pada tanggal  6 Mei  2004 yang lalu, sewaktu kami masih dinas pada Balai Penelitian Tanaman Buah di Solok, Sumatera Barat, keluarga kami mengalami musibah / kecelakaan yaitu mobil kami menabrak seorang tukang ojek becak bermotor (Betor) sampai meninggal dunia. Yang menyetir mobil pada waktu itu adalah anak saya.  Yang ada dalam mobil adalah saya, isteri saya dan  anak saya. Pada waktu itu kami sedang pulang dari Penelaahan Alkitab (PA)  di rumah seorang warga Jemaat  Gereja HKBP di Solok. Karena dalam kecelakaan   tersebut tukang ojek sampai meninggal maka anak saya ditahan di Kantor Polisi.
           Kami mohon bantuan kesana kemari untuk meminta penangguhan penahanan anak saya supaya tidak ditahan atau meminta supaya perkara tidak dilanjutkan, tetapi  tidak berhasil anak saya tetap ditahan dan perkara tetap dilanjutkan. Saya masih tetap mencari bantuan dan berdoa untuk mengurus masalah tersebut.
          Besok siangnya (tgl 7 Mei) ada acara pemakaman tukang ojek yang ditabrak oleh anak saya tersebut. Saya harus datang menghadiri acara  pemakaman tersebut. Tetapi kata teman-teman kalau saya hadir dapat membahayakan jiwa saya karena ada keluarga mereka yang marah karena saudaranya meninggal ditabrak mobil tersebut.
          Kami sekeluarga berdoa terus supaya Tuhan Yesus melindungi dan menyertai kami. Bersyukur kepada Tuhan karena pada tgl  7 Mei itu, waktu saya mencari bantuan kesana kemari dan terus berdoa, Tuhan Yesus telah mengirim seseorang datang kepada saya melalui teman kantor. Teman satu kantor tersebut datang kepada saya sambil memperkenalkan saudaranya yang seorang Polisi Intel dari Kabupaten lain yaitu dari Kabupaten Painan, untuk membantu saya.  Karena ditemani P. Polisi tersebut dan teman serta adik saya maka  pada tgl 7 tersebut saya berani datang menghadiri pemakaman. Pada jam 09.00 pagi saya telah hadir dirumah duka tersebut. Karena pemakaman tgl 7 tersebut tepat pada hari Jum’at,  maka pemakaman akan  dilaksanakan setelah sembahyang Jum’at . Kata P. Polisi Intel tersebut, hal ini merupakan kesempatan untuk mohon pamit. Selanjutnya P. Polisi Intel mengajak saya untuk pulang, karena P.Polisi tersebut akan Jum’at an. Setelah P. Polisi dan teman saya selesai Jum’at an kami tidak datang lagi ke pemakaman. Hal ini berarti karena perlindungan Tuhan Yesus maka kami selamat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada waktu pemakaman.
Kami sekeluarga tetap berdoa terus agar anak saya diizinkan  penangguhan penahanan. Puji Tuhan, Izin penangguhan penahanan disetujui oleh Pihak Kepolisian, sehingga anak saya hanya ditahan selama 5 hari dan hanya disuruh melapor ke Kantor Polisi 2 kali dalam seminggu, sehingga anak saya masih bisa sekolah di SMA Negeri 1 Solok kelas 2 dan masih bisa mengikuti Ujian Ulangan Umum Kenaikan kelas. Bersyukur kepada Tuhan Yesus, anak saya akhirnya bisa naik ke kelas 3. Dalam pada itu  proses hukum tetap harus berjalan. Berkas sudah masuk ke Kejaksaan  dan ke Pengadilan. Bersyukur kepada Tuhan, anak saya didalam sidang Pengadilan diputuskan bebas bersyarat. Anak saya hanya disuruh melapor 1 kali setiap bulannya selama 18 bulan ke Lembaga pemasyarakatan Anak-anak karena anak saya masih berumur 16 tahun pada waktu itu. Kami bersyukur terus karena anak saya dapat naik kekelas 3  dan pada ujian akhir SMA dapat lulus ujian dan dapat diterima masuk ke Politeknik Negeri  Malang, semua itu berkat perlindungan dan penyertaan Tuhan Yesus.
          Bagi anak-anak  Tuhan yang percaya akan kuasaNya, seberat apapun problem yang kita hadapi tidak menjadi masalah lagi, karena kita yakin dengan sungguh bahwa Tuhan Yesus sanggup mengubah duka cita menjadi sukacita
          Apabila kita mengukur problema dan pencobaan dengan kekuatan dan kesanggupan kita, kita merasa tak berdaya dan merasa kecil dan seolah-olah akan menyerah kalah sebab putus asa. Tetapi apabila kita melihat problem kita dengan kesanggupan kuasa Allah dan berdoa terus, maka kita dapat mengalahkan setiap problema. Oleh sebab itu kita jangan memandang besar kepada problema yang kita hadapi.
          Dari Alkitab kita dapat membaca bahwa Raja Saul dan tentara Israil merasa sangat ketakutan terhadap Goliat yang yang mengejek mereka setiap hari. Tetapi ketika mendengar tantangan Goliat, Daud tak gentar sama sekali. Daud mengetahui bahwa ukuran tubuh Goliat jauh lebih besar dari  tubuhnya, tetapi Daud berkata : ”Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemooh barisan daripada Allah yang hidup? ”( 1 Samuel 17 : 26 b). Tetapi Saul tak yakin akan kesanggupan Daud dan dia berkata  kepada Daud : ” Tidak mungkin engkau dapat menghadapai orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit”. ( 1 Sam. 17 : 33 ) .
          Saul memandang musuh dengan ukuran manusia, dia meremehkan Daud. Saul lupa bahwa bahwa yang menyertai Daud adalah Roh Allah . Jawab Daud kepada Saul :” Tuhan telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu” (1  Sam. 17 – 37 ). Prespektif  Daud berbeda dengan prespektif Saul. Saul membandingkan ukuran tubuhnya dengan ukuran tubuh Goliat, dan Saul memandang besar Goliat itu dan dia menjadi gentar. Sedang Daud mengandalkan kekuatan Allah yang Mahabesar dan Maha dahsyat. Daud tidak gentar menghadapi tantangan, gertakan dan penghinaan Goliat bahkan Daud berkata kepada Goliat:” Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam. Allah segala barisan Israil yang kau tantang itu”.(1 Sam.17:45). Goliat dikalahkan hanya dengan umban dan batu tanpa pedang tanpa di tangan dan dibunuhnya.
          Apabila kita memandang problema kita sebagai Goliat yang besar, maka kita akan gentar dan kalah. Tetapi apabila kita mengerti bahwa Roh yang didalam kita lebih besar dari roh yang ada di dunia ini, maka kita dapat mengalahkan setiap problema.
          Kita jangan gentar menghadapi problema dan pencobaan karena, sudah tertulis dalam Matius 28 : 20 b Dan ketahuilah Aku menyertai  kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.    A....... min.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadikan dan berikan komentar anda sebagai refleksi diri bukannya mengomentari kejelekan dan kekurangan kami